MEMBEDAKAN PARADIGMA FAKTA SOSIAL, PARADIGMA DEFINISI SOSIAL, DAN PARADIGMA PERILAKU SOSIAL
MEMBEDAKAN PARADIGMA
FAKTA SOSIAL, PARADIGMA DEFINISI SOSIAL, DAN PARADIGMA PERILAKU SOSIAL
Friedrichs
kali pertama menjelaskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari satu
disiplin ilmu tentang apa yang semestinya dipelajari “ a fundamental image a
dicipline has of its subject matter.” Setelah itu, George Ritzer
mendefinisikan Paradigma adalah “what is the subject matter of science”
Paradigma sosiologi yaitu: Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial,
dan Paradigma Perilaku Sosial.
Berikut
ini penjelasan mengenai ketiga paradigma tersebut :
No
|
Paradigma
|
Penjelasan
|
Fakta Sosial
|
Dalam
paradigma fakta sosial terdapat sesuatu di luar diri kita yang mampu memaksa
diri kita untuk melakukan sesuatu agar dapat berperilaku sesuai dengan apa
yang ada di luar diri kita itu. Jadi, perilaku seseorang dapat dikontrol.
Dalam hal ini struktur bisa memaksa.
Ex
: Norma, aturan, nilai-nilai, kondisi, situasi, serta sekian alat
pengendalian sosial lainnya.
Empat
Proposisi yang mendukung kelompok sebagai fakta sosial: :
1.
Kelompok dilihat melalui sekumpulan individu.
2.
Kelompok tersusun atas beberapa individu.
3.
Fenomena sosial hanya memiliki realitas dalam Individu
4.
Tujuan mempelajari mempelajari kelompok kelompok untuk membantu
menerangkan
atau meramalkan tindakan individu.
|
|
Definisi
Sosial
|
Dalam
paradigma definisi sosial bercirikan adanya interaksi dengan norma sehingga
menimbulkan makna dan perilaku yang bersifat continue. Selain itu
dalam paradigma ini selalu melihat hal-hal yang khusus.
|
|
Perilaku
Sosial
|
Dalam
paradigma perilaku sosial terdapat sesuatu yang dapat memicu perilaku
seseorang. Dengan kata lain, perilaku seseorang ditentukan oleh stimulus yang
datang dari luar yang membuat kemudian individu berpikir dan berperilaku.
|
- PARADIGMA
FAKTA SOSIAL
- Eksemplar
: model yang digunakan teoritisi fakta sosial adalah karya Emile Durkheim,
terutama The Rules of Sociological Method dan Suicide.
- Gambaran
tentang masalah pokok : Teoritisi fakta sosial memusatkan perhatian pada
apa yang disebut Durkheim fakta sosial atau struktur dan institusi sosial
berskala luas. Mereka yang menganut paradigma ini tak hanya memusatkan
perhatian pada fenomena fakta sosial ini tetapi juga pada pengaruhnya
terhadap pikiran dan tindakan individu.
- Metode:
Penganut paradigma ini lebih besar kemungkinannya menggunakan metode
interview-kuesioner dan metode perbandingan sejarah ketimbang penganut
paradigma lain.
- Teori :
Paradigma ini mencakup sejumlah perspektif teoritis. Seperti teori
struktural fungsional, teori konflik, teori sistem, dan teori sosiologi
makro.
- PARADIGMA
DEFINISI SOSIAL
- Eksemplar
: Model yang mempersatukan penganut paradigma ini adalah karya Max Weber
tentang tindakan sosial.
- Gambaran
tentang masalah pokok : Karya Weber membantu menimbulkan minat di kalangan
penganut paradigma ini dalam mempelajari cara aktor mendefinisikan situasi
sosial mereka dan dalam mempelajari pengaruh definisi sosial ini terhadap
tindakan dan integrasi berikutnya.
- Metode :
Observasi adalah metode khusus penganut paradigma definisi sosial.
- Teori :
Ada sejumlah besar teori yang dapat dimasukkan ke dalam paradigma ini
yaitu: teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi,
etnometodologi, dan eksistensialisme.
- PARADIGMA
PERILAKU SOSIAL
- Eksemplar
: Model bagi penganut paradigma ini adalah karya psikolog B.F.Skinner
- Gambaran
tentang masalah pokok : Menurut penganut paradigma ini, masalah pokok
sosiologi adalah perilaku individu yang tak dipikirkan. Perhatian utama
penganut paradigma ini tertuju pada hadiah yang menimbulkan perilaku yang
diinginkan dan hukuman yang mencegah perilaku yang tak diinginkan.
- Metode :
Eksperimen
- Teori :
Teori sosiologi behavioral dan teori pertukaran.
- Teori
sosiologi behavioral : teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan
antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
dengan tingkah laku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor.
- Teori
pertukaran: teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap
paradigma fakta sosial.
Dalam
sosiologi, konsep atau pengertian dasar tidak selalu sama, hal ini berhubungan
dengan pola pikir orang tentang hakikat masyarakat dan manusia. Untuk itu
terdapat tiga
paradigma sosiologi yang dapat dipahami yaitu: paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial.
Paradigma dimaknai sebagai pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan. Berdasarkan paradigma tertentu, ilmuwan merumuskan obyek atau sasaran ilmunya, merumuskan permasalahannya, serta menentukan metode yang dipakai untuk mencari jawaban dari suatu masalah.
1. Paradigma Fakta Sosial
Paradigma dimaknai sebagai pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan. Berdasarkan paradigma tertentu, ilmuwan merumuskan obyek atau sasaran ilmunya, merumuskan permasalahannya, serta menentukan metode yang dipakai untuk mencari jawaban dari suatu masalah.
1. Paradigma Fakta Sosial
Berdasarkan
paradigma ini, masyarakat dipandang sebagai fakta yang berdiri sendiri,
terlepas dari persoalan apakah individu suka atau tidak suka.Struktur
masyarakat yang mencakup bentuk pengorganisasian, hirarki kekuasaan dan
wewenang, peranan, nilai-nilai, pranata sosial, merupakan suatu fakta yang
terpisah dari individu, namun ikut mempengaruhi individu tersebut.Seseorang
anak tidak diperkenankan memberikan sesuatu dengan tangan kiri kepada orang
tuanya, tetapi harus menggunakan tangan kanan, sebab diharuskan menyesuaikan
diri dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya.
Contoh penting paradigma fakta sosial digunakan Emile Durkheim.Ia berpendapat bahwa hidup sosial manusia adalah fakta tersendiri yang tidak mungkin dimengerti berdasarkan ciri-ciri personal individu dalam masyarakat tersebut. Kehidupan sosial memiliki hukum dan akibat masing-masing.Sehingga sosiologi tidak dapat dikembalikan ke psikologi.Memang ada fakta psikis, namun ada juga fakta sosial.
2. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma sosiologi ini tidak berpijak pada fakta sosial yang obyektif, yaitu struktur dan pranata sosial, melainkan pada proses berpikir manusia. Dalam merancang dan mendefinisikan arti aksi dan interaksi sosial, manusia diposisikan sebagai pelaku yang bebas dan bertanggungjawab, dengan kata lain aksi dan interaksi sosial terjadi karena kemauan manusianya itu sendiri. Sehingga tindakan sosial tidak berpangkal pada struktur-struktur sosial, namun pada definisi bersama yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Contoh penting paradigma fakta sosial digunakan Emile Durkheim.Ia berpendapat bahwa hidup sosial manusia adalah fakta tersendiri yang tidak mungkin dimengerti berdasarkan ciri-ciri personal individu dalam masyarakat tersebut. Kehidupan sosial memiliki hukum dan akibat masing-masing.Sehingga sosiologi tidak dapat dikembalikan ke psikologi.Memang ada fakta psikis, namun ada juga fakta sosial.
2. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma sosiologi ini tidak berpijak pada fakta sosial yang obyektif, yaitu struktur dan pranata sosial, melainkan pada proses berpikir manusia. Dalam merancang dan mendefinisikan arti aksi dan interaksi sosial, manusia diposisikan sebagai pelaku yang bebas dan bertanggungjawab, dengan kata lain aksi dan interaksi sosial terjadi karena kemauan manusianya itu sendiri. Sehingga tindakan sosial tidak berpangkal pada struktur-struktur sosial, namun pada definisi bersama yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Contoh penting paradigma definisi sosial ini digunakan oleh Max Weber.Konsep sosiologinya adalah verstchen atau pemahaman mendalam yang diharapkan dihasilkan oleh sosiologi.Tindakan manusia harus diuraikan berdasarkan perspektif subyektif, dan peneliti sosiologi harus menempatkan dirinya pada alam pikiran orang yang dipelajarinya. Pemikiran Weber dalam tulisannya yang berjudul “Inti Semangat Kapitalisme dan Inti Sermangat Kalvinisme”. Ia menunjukkan kemiripan antara nilai-nilai kapitalisme (struktur sosial) dengan cara orang menafsirkan nilai-nilai agama tertentu. Dalam hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dipahami dari cara subyek atau manusia berpikir, dan bukan nilai-nilai sosial sebagai kenyataan obyektif.
3. Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma sosiologi ini tidak berpijak pada perbuatan sosial manusia, atau manusia yang berinteraksi. Perbedaan yang spesifik dengan paradigma definisi sosial yakni terdapat penekanan pada pendekatan obyektif empiris.Alasan yang mendasarinya karena hanya perilaku lah yang dapat diamati dan dipelajari dari luar.Fokuskan kajian dalam paradigma ini adalah pada perilaku dan perulangan perilaku.
Manusia dipandang sebagai makhluk yang perilakunya dipengaruhi (deterministik), sehingga bisa dimanipulasi melalui indoktrinasi.Contoh penting paradigma ini adalah Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikemukakan oleh George Homas.Dalam teori tersebut, manusia digambarkan sebagai makhluk yang selalu bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri.Sehingga pokok kajian sosiologi berdasarkan paradigma perilaku sosial adalah memahami kepentingan-kepentingan manusia.Mendalami keyakinan serta kebebasan manusia dipandang semata-mata sebagai mitos.
Demikian tiga paradigma sosiologi dan contohnya.Untuk melengkapi pemahaman tentang sosiologi, baca juga pengertian sosiologi menurut para ahli yang sudah diuraikan dalam artikel sebelumnya di blog ini.
Komentar
Posting Komentar