BATAS AWAL DAN AKHIR PENDIDIKAN
MAKALAH
USUS AT-TA’LIM
Di susun untuk memenuhi tugas yang di bimbing oleh dosen pengampu
Bapak : Mastur, S.Ag., M.Pd
Oleh
Ainul Yaqin (U20153014)
Wais Al Qorni (U20153023)
Elita Rahayu Setyo Diningrum (U20153002)
Ria Rufaidah Al-Anshoriyah (U201530 )
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAK.USULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdullah Alrabbi Al’alamin Puji syukur kami
ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada kami dan
seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Yang berjudul”BATAS
AWAL DAN AKHIR DALAM PENDIDIKAN”
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang kita miliki, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini..
Dan kami ucapakan terima kasih kepada bapak dosen beserta
teman-teman kelompok yang telah memberikan saran dan kerja sama yang kompak
sehingga kita dapat menyelesaiakan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi kewajiban kami untuk mengerjakan tugas “USUS
AT-TA’LIM”. Kami selaku kelompok tiga yang menyusun makalah ini memohon maaf
karena banyaknya kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Dan kami sangat
berbesar hati dan berlapang dada apabila bapak dosen serta teman-teman berkenan
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pada khususnya
dan masyarakat bangsa pada umumnya, terima kasih
ثم السلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i........
DAFTAR ISI................................................................................................ ii........
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1........
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... 1........
BAB
IIPEMBAHASAN
A.
Pengertian batas awal dan batas akhir dalam
mencari ilmu...... 2........
B.
Batas penddidikan dari beberapa tokoh...................................... 4........
C.
Tanggapan Agama Tentang Batas Akhir Belajar...................... 5........
D.
Tahapan Dalam Pembelajaran..................................................... 6........
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 8........
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 9........
BAB 1
PENDAHULUAN
A
LATAR
BELAKANG
Pendidikan memang dianjurkan bagi kita semua baik laki-laki atau
pun perempuan dalam hal menuntut ilmu, karena mencari ilmu merupakan suatu
kewajiban dalam kehidupan kita, karena tanpa ada pendidikan kita tidak mungkin
mengetahui yang namanya pengetahuan, berupa yang halal dan yang haram dan
sebaginya, sebagaimana yang sabdakan oleh nabi Muhammad SAW:
طلب العلم فريضة علي كل مسلم ومسلمة
Artinya : mencari ilmu itu hukumnya
wajib bagi tiap orang islam laki-laki maupun perempuan.
Dari hadis itu sudah sangat jelas bahwa
kita diwajibkan untuk menuntut ilmu dan tidak memangdang harus laki-laki saja,
atau hanya perempuan saja, makadari itu kita harus mencari ilmu.
Dalam mencari ilmu tentu kita tidak tau
sejak kapan untuk mencari ilmu dan kapan
akhir dari mencari ilmu itu, maka dari
kami dari kelompok 3 insyaallah akan mengulas beberapa hal yang
berkaitan dengan hal tersebut.
B RUMUSAN MASALAH
a) Pengertian batas awal dan batas akhir dalam
mencari ilmu…..?
b) Batas penddidikan dari beberapa tokoh……?
c) Tanggapan agama tentang batas akhir
belajar……?
d) Tahapan berfikir dalam pembelajaran……?
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Batas – Batas Pendidikan
Batas – Batas
Awal Pendidikan yang dimaksud disini Ialah hal-hal yang menyangkut masalah
kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir.
Ada beberapa
pendapat mengenai pengertian batas - batas awal pendidikan :
1.
Al-Abdori Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam
arti sesungguhnya setelah berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau mengkeritik
orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda.
2.
Dr. Asma Hasan Fahmi Mengemukakan
bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat tentang kapan anak mulai
dapat di didik sebagian diantara mereka mengatakan setelah anak berusia 4
tahun.
3.
Athiyah Al-‘Abrasy Mengatakan
anak di didik itu dimulai setelah anak berusia 5 tahun, yaitu dengan membaca
Al-Qur’ an, mempelajari Sya’ ir.
4.
Zakiyah Derajat Meninjau dari
segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa
pembangkang. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidak
patuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang
sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki kesadaran batin atau motivasi
dalam perilakunya. Di sini pula mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan
artinya sentuhan–sentuhan pendidikan untuk menumbuh kembangkan motivasi anak
dalam perilakunya kearah-arah tujuan pendidikan. Pendididkan itu dimulai dengan
pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan yang nyata, yaitu pada
minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan
sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak
dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang
kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa diri utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah
adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik Oleh karena itu
manusia seyogyanya dibimbing dan diarahkan sejak awal pertumbuhannya agar
kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini mempunyai
pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.[1]
Faktor – Faktor
yang Membatasi Kemampuan Pendidikan
a.
Faktor anak didik Arti anak didik dalam
pengertian pendidikan pada umumnya ialah tiap orang atau sekelompok orang yang
menerima pengaruh dan sesorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. (Barnadib Imam Sutari, Pengantar Ilmu Pendidikan sistematiS.[2]
Ali Fikhry,
seorang sarjana pendidikan yang sangat terkenal memberikan batasan-batasan
pendidikan sebagai berikut:
·
ada masa kanak-kanak yang dimulai pada umur 7
tahun
·
Masa berbicara/kritik yang dimulai umur 8 – 14
tahun
·
Masa akil baligh, antara umur 15 – 21 tahun
·
Masa pematangan menuju kedewasaan, yaitu antara
umur 21–29 tahun
·
Masa pemuda kedua, yaitu antara umur 36 – 42
tahun (masa produktif)
·
Masa menikmati hasil perjuangan, yaitu antara
45 – 56 tahun
·
Umur 60 tahun ke atas sampai meninggal dunia.
B.
Batas
Pendidikan Menurut Beberapa Tokoh
Pada pendidikan yang sesungguhnya
dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh
pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu
baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa cirri utama dari yang
sesungguhnya ialah adanya kesiapan intraksi edukatif dari pendidik dan terdidik.
Sebelum mengemukakan batas pendidikan
Islam, untuk perbandingan akan diutarakan terlebih dahulu beberapa pendapat
ahli tentang batas pendidikan. Pendapat-pendapat tersebut dikemukakan oleh M.J.
Langeveld, Ki Hajar Dewantara. J.J.Rousseau.
1.
M. J. Langeveld Ia berpendapat
bahwa pendidikan bagi seorang anak dapat dimulai pada saat ia mengenal
kewibawaan dan berakhir bila anak telah dapat bertanggung jawab (mencapai
kedewasaan).Dengan demikian, sebelum anak mengenal kewibawaan pendidikannya, ia
belum bisa atau belum siap menerima pendidikan. Bila anak sudah menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab, Ia tidak membutuhkan pendidikan lagi.
2.
Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar
Dewantara, pendidikan dimuali sejak anak lahir dan berakhir setelah tercapainya
kedewasaan (berumur 24 tahun). Begitu anak lahir ia sudah dapat menerima
pengaruh edukatif dari pendidikannya, sekalipun ia belum menyadari pengaruh
tersebut. Pendidikan sudah dapat memulai pembentukan dan pembinaan kepribadian
anaknya sejak hari kelahirannya. Setelah anak itu menajdi orang dewasa, berakhirlah
proses pendidikan. Ia sudah memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kekuatannya
sendiri.
3.
J. J. Rousseau memandang bahwa
pendidikan itu mempunyai pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap
perkembangan kepribadian anak. Pendidikan dalam arti negatif dimuali sejak anak
lahir hingga umur 12 tahun. Sedangkan pendidikan dalam arti positif dimulai
sejak anak berumur 12 tahun sampai terwujudnya kedewasaan yang umur 20
tahun. Rousseau berpendapat, bahwa sejak lahir menjelang umur 12 tahun. Anak mempunyai
motivasi sendiri (intrinsic motivation) untuk berkembang. Bahkan campur tangan
orang dewasa dalam mempengaruhi anak akan merusak kesucian anak. Berbeda halnya
bila anak telah mencapai umur 12 tahun. Pendidikan perlu mendidiknya,
mempengaruhinya dalam memberikan motivasi (ekstrinsic motivation) untuk
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berguna sampai ia dewasa (berumur 20
tahun).
Batas
ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti
memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian
fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).
C.
TANGGAPAN
AGAMA TENTANG BATAS AKHIR BELAJAR
Adapun tujuan akhir pendidikan
Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub
(pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas
pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam
lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari
buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:[3]
أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ
إِلَى اللَّهْـدِ
Artinya:
Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat
(al-Hadis).
Muhammad Munir Mursa mengatakan
bahwa pendidikan islam tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu,
tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan ” dari buaian
hingga liang lahat “ selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan
kepribadian dan memperkaya kemanusiaan. Dengan perkataan lain, ia senantiasa
membimbing manusia untuk maju.
Di Indonesia sendiri, konsep pendidikan seumur
hidup baru mulai disosialisasikan melalui kebijaksanaan pemerintah (TAP MPR No.
IV/MPR/1973 jo. TAP No. UV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan
prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain:
a.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat
Indonesia.
b.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
D. Tahapan Berfikir Dalam Pembelajaran
Setelah kita
mengetahui batas awal dan akhir dalam pembelajaran mari kita sedikit membahas
tentang tahapan dalam berfikir secara umum, seperti yang telah kita ketahui
bahwa seorang pengajar harus mengetahui dan perlu memperhatikan sampai mana
pengetahuan murid-muridnya karna setiap kemampuan muridnya tidaklah sama maka
dari itu setidaknya seorang pengajar memikirkan dua macam ketentuan berikut :
1.
Tingkat kesulitan : hal ini berkaitan dengan kemampuan murid
dalam artian umum, dan biasanya dapat di tinjau dari segi umur (fisik).
2.
Tingkat kemampuan berfikir : ketentuan yang ke dua ini juga tidak kurang
pentingnya untuk diperhatiakn oleh seorang pengajar yakni kematangan ataupun
kemampuan berfikir atau memecahkan suatu masalah sesuai dengan hasilproses
pembelajaran yang telah dilalui oleh murid (fikiran).
Jika di tinjau
dari tingkatan atau tahapan dalam pembelajaran secara khusus setidaknya bisa di
golongkan menjadi 5 tahapan[4]
yakni:
·
Taraf reception
learning
Pada tahapan ini pembelajaran yang berlangsung
dengan cara reseptif atau menerima informasi saja.
·
Taraf komprehensi
Dalam bahasa inggris pembelajaran ini disebut
dengan julukan concept-learning maksudnya ialah ketika seorang mempunyai
informasi tentang suatu hal tidak hanya berhenti dan menerima informasi
tersebut secara langsung tapi dia harus bisa mengkaji informasi tersebut.
·
Taraf aplikasi
Ketika memasuki tahaf ini maka lebih tinggi sedikit proses berfikir
yang telah dilakukan karna dalam tahap ini bukan hanya menerima dan
menganalisis tapi juga menerapkan dan membandingkan dengan informasi lainnya untuk
melatih para murid merumuskannya sendiri.
·
Taraf analisa dan sintesa
Dalam tahap ini lebih detail lagi yakni proses
berfikir menguraikan dan menggabungkan, maksudnya murid harus dapat
menerangkan kaitan-kaitan yang ada dalam hal yang telah di ajarkan
(sintesa) . dan pekerjaan tersebut baru bisa dilakukan jika sang murid telah
melakukan analisa terlebih dahulu. Setelah menganalisa kemudian mengaitkan
informasi satu dengan lainnya baru kemudian sang murid harus bisa merangkai
kaitan-kaitan tersebut menjadi kesatuan.
·
Taraf evaluasi
Dan inilah akhir tahapan dalam berfikir yakni
sang murid harus dan dipaksa berfikir sendiri dalam mencari cara untuk
menyelesaikan dan mencari jalan pemecahan suatu masalah dengan cara yang
kreatif. Dan yang tidak kalah pentingnya dalam taraf ini ialah sang murid harus mendapatkan
pengetahuan baru dan murid harus dapat menghasilkan kreasi baru, jika seorang
murid masih belum bisa menghasilkannya maka dia masih belum sempurna menjalani
tahapan ke empat, kecuali ketika sorang murid harus mengetahui
informasi-informasi baru.
BAB 3
PENUTUP
A
KESIMPULAN
Batas
pendidikan di awali dengan masa kanak-kanak yang dimulai pada umur 7 tahun
Masa
berbicara/kritik yang dimulai umur 8 – 14 tahun
Masa akil
baligh, antara umur 15 – 21 tahun
Masa pematangan
menuju kedewasaan, yaitu antara umur 21–29 tahun
Masa pemuda
kedua, yaitu antara umur 36 – 42 tahun (masa produktif)
Masa menikmati
hasil perjuangan, yaitu antara 45 – 56 tahun
Umur
60 tahun ke atas sampai meninggal dunia.
Adapun tujuan akhir pendidikan
Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub
(pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas
pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam
lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari
buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.
أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ
إِلَى اللَّهْـدِ
Artinya: Tuntutlah ilmu pengetahuan
semenjak dari buaian hingga ke liang lahat
B
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Suparlan. 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Ubhiyati, Nur . 1997. Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: CV Pustaka Setia
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam,Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam,Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mantap
BalasHapusMantap
BalasHapus