resume buku orientalisme adward w said


Bagian 1
Edward said merupakan seorang kaum intelektual yang  lahir dari latar belakang keluarga timur tengah.  Hal ini terlihat dari nama Edward yang diambil dari inggris, wadie dari kairo, dan said yang berasal arab. Dengan memahami suku kata yang dimiliki oleh Edward saja, maka kita bisa menebak mengapa ia menuliskan buku orientalisme.  Edward berusaha menuliskan tentang sejarah pemikiran barat tentang dunia asia, teurutama di dalam buku ini Edward menjelaskan tentang dunia timur dalam wilayah timur tengah, seperti mesir dan sekitarnya.
Di dalam buku ini dijelaskan bagaimana akhirnya bangsa barat memiliki perspektif yang berbeda atas bangsa timur. Edward said berusaha menjelaskan bagaimana superioritas bangsa barat dan inferioritas bangsa timur merupakan hal yang sangat terlihat di dalam berbagai macam aspek.  Pembedaan-pembedaan semacam ini kemudian terjadi pada level-level yang sederhana seperti pada tata cara makan, cara hidup, prosesi penyembahan kepada tuhan, dan masih banyak lagi.  Hal-hal yang demikian kemudian menjadikan dasar kajian tentang oriental mulai berkembang di dunia.  Meski demikian, Edward tetap merigitkan tentang bangsa barat yang melakukan kajian oriental, yaitu Prancis dan Inggris.  Kedua bangsa ini kemudian melakukan banyak kajian tentang orientalisme dalam bentuk buku-buku teks atau pun  catatan antropolog.  Bagi Edward apa yang dilakukan oleh bangsa barat menggunakan subjektifitas yang besar, karena dalam memelajari orang-orang timur, mereka hanya melakukan observasi kemudian menarik kesimpulan sepihak.  Dasar inilah yang kemudian, mungkin, menjadi salah satu alasan timbulnya superioritas dan inferioritas antara bangsa barat dan timur.  Bangsa barat yang menggunakan perspektif atau standar kehidupan barat, ketika melihat bangsa timur, maka mereka cenderung melihat sebuah kurang beradabnya kehidupan manusia. Hal ini hanya dikarenakan perbedaan pola pikir antara barat dan timur.
Di dalam buku orientalisme, Edward juga menjelaskan bahwa orientalisme adalah sebuah kajian yang dilakukan oleh bangsa barat kepada bangsa timur.  Menurut bangsa barat, peradaban yang dimiliki oleh bangsa barat merupakan hal yang terbaik dan bangsa timur dituntut untuk memilikinya. Sehingga kajian tentang orientalisme adalah seputar tentang bagaimana terdapat transformasi dari bangsa barat kepada bangsa timur.  Kembali lagi bangsa perspektif tentang bangsa timur adalah subyektifitas semata yang dilakukan oleh bangsa barat.  Seperti anggapan bahwa bangsa timur perlu dilakukan proses adabisasi, sehingga bangsa timur tidak terlihat terlalu bar-bar dalam menjalani kehidupan.
Awalnya Edward berusaha menjelaskan bahwa kajian tentang oriental merupakan kajian tentang proses perubahan budaya, hanya sebatas budaya.  Namun akhirnya kajian tentang oriental lebih mengarah pada wilayah politik.  Wilayah politik yang dimaksudkan adalah penaklukan wilayah-wilayah timur yang diklaim memiliki kelimpahan sumber daya alam.  Seperti yang dijelaskan oleh Edward, mesir dan jazirah arab merupakan wilayah timur yang dianggap lebih beradab ketimbang wilayah timur lainnya.  Mesir pula yang dijelaskan memiliki sejarah peradaban yang luar biasa, meski saat ada kajian tentang oriental, mesi telah menjadi bar-bar kembali, dalam perspektif barat.
Penaklukan-penaklukan yang kemudian tumbuh dari orientalisme adalah pengembangan dari kajian lintas budaya dan barat.  Berawal dari transformasi budaya dari barat ke timur, hingga bernuansa politis untuk melakukan imperialism dan kolonialisme.  Berkembangnya maksud ini kemudian menyebabkan banyak cara yang dilakukan oleh barat dalam mendefinisikan timur demi kepentingan politis.  Terdapat banyak sekali para sarjana dan ilmuwan yang pergi ke timur untuk melakukan kajian tentang timur dan memberikan definisi tentang timur. Karya-karya seperti inferno oleh renan merupakan salah satu bentuk kajian para orientalis tentang timur.  Tidak hanya melalu teks, namun kajian tentang oriental juga melewati cara-cara yang bersifat fisik, sepeti penaklukan napoleon Bonaparte di  mesir.  Di dalam buku ini pun dijelaskan bagaimana akhirnya napoleon berhasil melakukan banyak cara dalam penaklukan politis atas mesir dengan cara-cara yang ada pada kajian orientalisme.
Pendefinisian yang dilakukan barat kepada timur kemudian menjadikan terbentuknya perspektif kepada timur oleh barat, bahkan perspektif timur kepada timur. Proses inferiorisasi, menurut Edward telah banyak dilakukan dan berhasil untuk terus menerus memojokkan timur.  Seperti di dalam karya inferno, proses pentimuran dilakukan dengan cara menyudutkan salah satu nabi yang dianggap suci oleh salah satu umat beragama. Terdapat proses pentimuran yang dilakukan oleh barat dengan mengadakan kajian-kajian ketimuran.  Kajian ketimuran, observasi, ditulisnya ribuan teks tentang timur, dan penelitian tentang timur merupakan usaha dari barat yang pada akhirnya bersifat politis untuk dapat mengusai timur.  Proyek pembuatan terusan suez yang dilakukan oleh barat merupakan sumbahsih teknik sipil dalam memperluas kajian dan pendifinisian tentang timur demi alasan politis barat terhadap timur.  Pendefinisian timur bahkan lebih jauh mentimurkan timur, sejauh ini telah sukses menyudutkan timur dalam banyak konteks seperti ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang dianggap lebih rendah.
Pada akhirnya apa yang berusaha dijelaskan oleh edward dalam orientalisme adalah terdapat pergeseran maksud dan makna di dalam kajian tentang orientalisme.  Bermula dari kajian tentang timur yang semestinya di mata barat hingga akhirnya pendefinisian politis dibalik orientalisme.  Dimana terdapat maksud dari perginya ribuan sarjana ke dunia timur, menuliskan catatan tentang timur, memberikan teori dan akhirnya berpendapat tentang timur yang seharusnya.  Hasil akhir dari kajian orientalisme adalah adanya persamaan makna dari mereka yang non timur untuk melakukan ekspansi, penaklukan, dan atau setidaknya bersifat superior atas timur yang inferior.
Pada bagian akhirn buku ini berusaha menjelaskan bahwa orientalisme hari ini telah bergeser dalam konteks geografi, yaitu dari Prancis dan Inggris menuju ke Amerika.  Hari ini pun Amerika, di dalam buku orientalisme, tengah melakukan banyak kajian orientalisme yang bahkan lebih masif dibandingkan dengan kajian orientalisme di abadi ke 20.  Amerika melakukan banyak cara untuk mendefinisikan kembali, atau setidaknya memertahankan timur sebagai timur.  Seperti dengan cara melakukan kajian-kajian yang dilakukan oleh national geographic, NASA, dan berbagai macam lembaga penelitian Amerika.  Saya rasa cara yang dilakukan oleh Amerika dalam mendefinisikan timur masih sama seperti apa yang dilakukan oleh para pendahulunya, yang menjadi pembeda adalah motif ekonomi yang lebih mendalam.  Secara tidak langsung pun Amerika melakukan kajian orientalisme demi imperialisme dan kolonialisme pada saat ini.
Namun meski di dalam kajian tentang orientalisme tidak mencakup tentang timur secara keseluruhan, seperti daratan asia, edward tidak membahaskan hal tersebut secara komperhensif.  Edward justru hanya membahas tentang mesir sebagai representasi timur.  Di dalam buku pun dituliskan bahwa mesir adalah representasi terbaik yang dimiliki oleh dunia timur karena memiliki banyak karya yang setidaknya lebih beradab ketimbang timur yang lainnya.

Bagian 2
Orientalisme, dikemukakan oleh Edward W. Said dalam bukunya Orientalism: Western Conception of The Orient yang berupaya menggugat hegemoni barat dan mendudukkan timur sebagai subjek. Said Lahir di Yerussalem, Palestina tahun 1935 dan besar di Mesir dan Amerika. Hidup di lingkungan Palestina yang nyaris berpenduduk muslim, dengan nama depan (Edward) berasal dari Inggris dan nama belakang (Said) dari Arab, serta nama tengah (Wadie) dari nama sang ayah yang berbisnis di Kairo.
Sebagai seorang Palestina, ia merasa kalah dan terusir dari negerinya, lalu lari ke Kairo. Dia tidak menganggap dirinya sebagai “ahli” poskolonial meski banyak mengungkapkan ide mengenai poskolonial. Sebutan tersebut diberikan oleh para  poskolonialis yang melihat bahwa bukunya merupakan karya pemikiran tentang poskolonialisme. Sebagai orang yang pernah dijajah, masa lalunya bersifat traumatik, diaspora. Said mengatakan bahwa  kehidupannya tidak lepas dari sejarah masa lalunya. Ada masalah yang menyangkut ingatan kolektif dimasa lalu, dia juga merasa terasing ditanah airnya sendiri. Berkenaan dengan kehidupannya di Kairo Mesir, Said mengungkapkan bahwa ada masalah besar di barat, terutama tentang timur, bahwa penggambaran mengenai Arab dan Islam begitu rendahnya. Didalam bukunya, digambarkan suatu bidang kajian ketimuran atau orientalisme, yang bersumber dari Inggris dan Prancis. Sejak awal abad XIX hingga akhir Perang Dunia II, Prancis dan Inggris mendominasi dunia timur dan orientalisme, sedangkan sesudah Perang Dunia II dominasi tersebut diambil alih Amerika yang melakukan pendekatan pada dunia timur seperti yang ditempuh Inggris dan Prancis sebelumnya. Dari kedekatan ini, muncul berbagai teks yang disebut sebagai ‘teks-teks orientalis’.
Dengan demikian, orentalisme bukan semata-mata pokok bahasan atau bidang kajian politis yang dicerminkan secara pasif oleh kebudayaan, kesarjanaan atau intuisi. Bukan pula merepresentasikan dan mengungkapkan rencana keji imperialisme barat untuk menjatuhkan dunia timur. Lebih jauh, orientalisme merupakan kajian yang berusaha menyebarkan kesadaran-kesadaran geopolotis kedalam teks-teks estetika, keilmuan, ekonomi, sosiologi, sejarah dan filologi. Studi tentang orientalisme bukan saja berupa buku-buku akademik, tetapi juga laporan, novel, film teks drama dll.
Timur dan Barat merupakan dua kata biner yang dikaji oleh Edward Said yang melihat bahwa keduanya memiliki sejarah, pemikiran, kosa kata dan citranya sendiri, Bagi Timur, proses tersebut telah membuatnya “hadir secara eksotik’ baik bagi Timur sendiri maupun Barat. Begitu pula bagi barat, proses ini berhasil membuatnya “ada secara dominan” di Timur dan bagi Timur. Timur merupakan bagian integral dari peradaban material dan budaya Eropa. The Orient is an integral part of European material civilization and culture.

Pengaruh Pemikiran Gramsci dan Foucoult
Orient atau timur sebagai subjek akademik yang diciptakan oleh orientalis sebagai sistem ilmu pengetahuan tentang timur. Seperti yang diungkapkan oleh Gramsci, bahwa ada  intelektual organik yang dimiliki oleh barat. Bila tidak ada sayap intelektual, maka tidak ada orientalisme. Siapapun yang mengajar, menulis, meneliti Timur, apakah dia Antropolog, Sosiolog, Sejarawan apakah mereka menelaahnya secara spesifik atau umum, mereka dinamakan Orientalis. Berdasarkan tradisi akademik ada aspek ontologis dan epistemologis yang mendasarinya. “Orientalism is a style of though based upon an ontological and epistemological distinction made between ‘the orient’ and (most of the time) ‘the occident’.” Orientalisme sebagai suatu gaya berpikir yang didasari atas perbedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara The Orient (timur) dan The Occeident (barat).
Orientalisme sebagai suatu bahasan yang membenarkan bahwa barat mendominasi, merestruktur, dan memiliki otoritas atas timur. Hubungan antara barat dan timur lebih sebagai hubungan kekuasaan, dominasi dari beragam tingkatan hegemoni. Bagi Gramsci, power terdiri dari  dominasi dan hegemoni. Bahwa hegemoni tidak akan terjadi tanpa adanya dominasi. Hal ini merupakan sumbangan pemikiran Gramsci terhadap Said ketika melakukan pembedaan masyarakat secara analitis.
Gramsci membedakan masyarakat menjadi dua kelas, yakni masyarakat sipil dan masyarakat politis, Masyarakat sipil yang dimaksud Gramsci terbentuk dari kelompok masyarakat “suka-rela” (atau sekurang-kurangnya yang bersifat rasional dan tidak memaksa), seperti sekolah, keluarga, dan serikat. Sedangakan masyarakat politis terbentuk dari badan-badan negara seperti angkatan bersenjata, kepolisian dan  birokrasi yang secara politis berperan sebagai penguasa dominan. Suatu kebudayaan tentu saja beroperasi dalam masyarakat sipil, karena dalam masyarakat inilah sekelompok gagasan, institusi dan manusia didalamnya tidak memberikan pengaruh melalui bentuk dominasi, melainkan melalui apa yang dinamakan gramsci “kesepatakan”.
Dalam masyarakat yang bersifat tidak totaliter, bentuk-bentuk kebudayaan tertentu seringkali nampak lebih dominan dibandingkan kebudayaan lainnya. Demikian juga dengan gagasan. Ada gagasan yang lebih berpengruh dibandingkan dengan gagasan lainnya. Bentuk kepemimpinan budaya ini yang diidentifikasikan oleh Gramsci sebagai hegemoni, sebuah konsep mutlak bagi setiap upaya untuk memahami kehidupan kultural didalam masyarakat barat. Berkaitan dengan hegemonisme ini, ada pandangan yang sudah demikian mengakar bahwa orang Eropa atau orang kulit putih lebih memiliki tingkat kebudayaan yang lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan oang-orang kulit berwarna.
Bila Gramsci melihat adanya peran negara dalam hegemoni budaya, maka Foucoult mengungkapkan bahwa yang menjadi kekuasaan adalah pengetahuan, atau dikatakan “knowledge/power”. Dalam Geneologi kekuasaan, Foucoult membahas bagaimana orang mengatur diri sendiri dan orang lain melalui produksi pengetahuan, Diantaranya ia melihat pengetahuan menghasilkan kekuasaan dengan mengangkat orang menjadi subjek dan kemudian memerintah subjek dengan pengetahuan.
Pertukaran antara “makna akademis” dengan “makna orientalisme” merupakan pertukaran yang nyaris dapat berlangsung secara terus menerus. Dengan menjadikan Abad XVIII sebagai titik tolak, orientalisme dapat kita lihat dalam kapasitasnya sebagai “institusi resmi” yang mengurusi dunia timur yang membuat pelbagai pernyataan dan deskripsi tentang Timur, serta melegitimasi beragam asumsi tentang Timur. Bahwa orientalisme sebagai gaya barat untuk mendominasi, menata ulang dan menetapkan kekuasaan mereka terhadap dunia timur. Kekuasaan disini menurut Foucoult adalah dalam bentuk pengetahuan, disiplin keilmuan yang dengannya kebudayaan Eropa mampu menangani bahkan menciptakan dunia Timur secara politis, sosiologis, ideologis dan  ilmiah. Melalui pengetahuan, Eropa mendefinisikan dirinya unggul dan mencintrakan dirinya superior dan sebaliknya orang-orang yang berada dibelahan dunia lain dianggap sebagai inferior.

White Supremacy
Gagasan yang memandang kebudayaan Eropa merasa lebih hebat sedangakan kebudayaan timur dianggap lebih terbelakang atau lebih rendah, membuatl Barat atau Eropa dapat melakukan hegemoninya terhadap kebudayaan lain diluar Eropa, khususnya Timur. Hal ini yang menganggap adanya supremasi kulit putih (White Supremacy) yang bersifat rasis.
Gagasan yang memandang identitas Eropa lebih unggul dibandingkan dengan identitas semua bangsa dan kebudayaan non Eropa dikemukakan oleh Edward Said, yang pernah tinggal di Mesir dan mempelajari sejarah Mesir yang pernah dijajah Inggris. Bahwa Orang Eropa sering menganggap kedudukan Orang Arab dan muslim lebih rendah dibandingkan kedudukan orang Eropa. Stereotip dunia Timur seringkali muncul dalam media massa, televisi, film  yang memberikan kesan memaksa informasi untuk mengambil bentuk yang baku tentang timur. Kalau kita menyaksikan film-film barat, memberikan kesan bahwa Orang Arab itu pasti kalah kalau berperang, mereka lemah dan bahkan bodoh. Namun seringkali dipandang sebagai kaum pemberontak bahkan teroris.
Sebagian besar kajian orientalisme Said berasal dari kesadarannya sebagai orang Timur, yakni seorang anak yang tinggal di dua koloni Inggris, Palestina dan Mesir. Memperoleh sebagian pendidikannya di Amerika Serikat. Namun kesadaran Said sebagai orang Timur tetap hidup dalam dirinya.  Hal ini merupakan sisi-sisi pribadinya. Said mengutip kata-kata Gramsci mengenai inventaris, In the “Prison Notebooks Gramsci says : “The starting point of critical elaboration is the consciusness of what one really is, and is ‘knowing thyself’ as a produt of the historical process to date, which has deposited in you in infinity of process to date which has deposited in you an infinity of traces, without leaving an inventory”. Bahwa titik tolak sebenarnya dari kerja kritik adalah jati diri, sedangkan mengenalkan diri sendiri merupakan hasil akhir dari proses sejara yang mengisyaratkan tentang ketidakterbatasan jejak dalam diri kita, tana pemnyisakan sedikitpun daftar-daftar inventaris. Sebagai seorang yang pernah mengenyam pendidikan di barat, Said tidak pernah melupakan asal usulnya sebagai orang timur, ini yang membuat ia berjuang  untuk mendudukkan timur sebagai subjek dan menggugat hegemoni barat.

Bagian 3
Pengertian Orientalisme “Orientalisme” berasal dari kata-kata Perancis “Orient” yang berarti “timur”, kata tersebut berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia Timur. Orang-orang yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut “orientalist” atau “ahli ketimuran” . Kata Orientalis digunakan bagi setiap cendekiawan Barat yang bekerja untuk mempelajari masalah keTimuran, baik dibidang bahasanya, etika, peradaban dan agamanya. Jadi, orientalis memerupakan suatu studi yang dilakukan oleh orang-orang Barat untuk mempelajari situasi Timur, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, agama, bahasa, etika, seni, tradisi, serta adat kebiasaanya. Sebagaimana bahwa orientalisme adalah suatu warna perang dingin yang dilancarkan oleh bangsa Eropa guna memperdaya Islam dan umatnya, yang dilakukan setelah mereka kalah dan gagal dalam perang salib yang dahsyat.
Hubungan dunia Barat dengan dunia Timur telah dimulai sejak masa kejayaan dunia Timur, yaitu ketika dunia Timur ini penuh dengan pusat-pusat ilmu pengetahuan, perpustakaan dan buku-buku berharga. Orang-orang Barat pada waktu itu belajar pada ulama-ulama Timur, pada filosof-filosofnya dan para ahli matematikanya.
Ada beberapa pengertian tentang istilah orientalis, diantaranya yaitu:
1.      Pengertian secara umumOrientalisme merupakan suatu gaya berfikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan epistemologis antara “Timur” dan (hampir selalu) “Barat”.
2.      Pengertian ini merupakan definisi yang dibatasi oleh kata orientalisme itu sendiri, yaitu metode berfikir ala Barat. Metode inilah yang menjadi landasan dalam menilai dan memperlakukan segala sesuatu, bahwa disana ada perbedaan yang fundamental antara Barat dan Timur, baik dalam eksistensi maupun dalam sains teknologi. Yang pertama merasa lebih unggul dalam masalah ras dan peradaban dari pada yang kedua.
Kelebihan dalam definisi ini ialah adanya isyarat tentang unsur kefanatikan terhadap ras yang sangat menonjol dalam dunia orientalisme, dengan segala macam dan ragamnya. Baik orientalisme dalam kawasan akademi, pekerjaan maupun hasil karya yang mereka tulis tentang dunia Timur. Ataupun yang ditonjolkan oleh setiap lembaga politik dan kolonial yang mereka lakukan dalam menghadapi dunia Timur.
Namun, definisi tadi sangatlah luas dan umum sekali. Sebab ia tidak hanya mencakup kajian akademis yang dilakukan bangsa Barat terhadap Timur saja. Akan tetapi lebih dari itu pula mencakup pula buku-buku kajian tentang dunia Timur, yang ditulis oleh para budayawan, sejarawan, maupun penyair.
3.      Pengertian ini semacam ini telah mengeluarkan kita dari pemahaman sempit, dimana hanya mengartikan orientalisme dengan kajian yang bersifat akademis seperti gerakan kolonialisme dan kristenisasi, baik lewat suatu lembaga atau organisasi ilmiah atau bentuk sekolah lanjutan setaraf universitas di Barat .
4.      Pengertian secara khusus Yaitu orientalisme merupakan studi akademis yang dilakukan oleh bangsa Barat dari negara-negara imperialis mengenai dunia Timur dengan segala aspeknya, baik mengenai sejarah, pengetahuan, bahasa, agama, tatanan sosial politik, hasil bumi serta semua potensinya. Hal ini bermula dari anggapan orang Barat yang merasa bahwa ras dan peradabannya lebih tinggi dari pada bangsa Timur, yang tujuannya ialah untuk menguasai bangsa Timur, demi menunjang kepentingan bangsa Barat. Lagi pula, semua aktifitas tadi mereka lakukan dengan cara tipu daya yang menampakkan seolah sebagai kajian ilmiah yang obyektif.
5.      Namun pada definisi ini ada pembatasan terhadap bangsa Timur, yang hakekatnya merupakan tujuan utama dari semua aktifitas orientalisme. Yaitu bangsa Timur yang Islam. Begitu juga ada yang melupakan atau mengenyampingkan sifat-sifat pokok orientalis itu sendiri. Yaitu satu sifat yang sebenarnya berbahaya, dimana kajian orientalis tentang Islam jauh dari sifat objektif dan didasari fanatisme sepihak. Satu hal lagi yang sangat penting, bahwa semua kaum orientalis Barat, tanpa pengecualian adalah orang-orang yang mengingkari kenabian Muhammad, dan kafir terhadap Islam. Kebanyakan dari mereka adalah Ahli Kitab (bangsa Yahudi dan pemeluk Nasrani) yang dikenal sangat memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Mereka dengan gigih dan terarah selalu membuat tipu daya terhadap ummat Islam. Selalu berusaha untuk meniupkan keragu-raguan terhadap kebenaran ajaran Islam, dan selalu berusaha untuk menyesatkan ummat Islam dari ajaran agamanya.
6.      Definisi Dr. Edward Sa’id Yaitu seperti yang diungkapkan oleh Dr. Edward Sa’id, pengarang buku Orientalisme, bahwasanya orientalisme merupakan kajian atau methode Barat untuk mencaplok bangsa Timur, dengan kedok hendak memperbaiki dan memajukan (politik ataupun pemikiran), demi memperlancar kekuasaannya disana.
7.      Definisi Dr. Ahmad Abdul Hamid GhurabYaitu orientalisme adalah kajian yang akademis, yang dilakukan oleh bangsa Barat yang kafir, khususnya dari kalangan ahlul kitab tentang Islam dengan segala aspek, baik mengenai aqidah, syari’at, pengetahuan, kebudayaan, sejarah, aturan dan peraturan, hasil bumi dan potensi-potensinya. Tujuannya untuk merusak dan mengotori citra Islam, meniupkan keragu-raguan kepada kaum muslimin akan kebenaran dan kepercayaan mereka terhadap ajarannya, menyesatkan mereka (muslimin) dari jalan yang diharuskan syari’atnya. Kemudian dengan berbagai cara diupayakan agar mereka mau mengikuti ajaran dan pemikiran Barat. Dalam usahanya itu mereka (kaum orientalis) mencoba dengan tipu dayanya untuk mengelabuhi bahwa semua kajian itu seolah ilmiah dan objektiif. Karena mereka merasa akan adanya keunggulan dan kelebihan ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa Barat atas bangsa Timur yang Islam.
B.      Ruang Lingkup Orientalisme Ruang lingkup orientalisme yaitu antara lain:
1.    Keagamaan Agama merupakan motif utama bagi para orientalis dalam menjalankan misi mereka. Yaitu ketika para pendeta melihat umat Nasrani dalam jumlah besar masuk dalam agama Islam, kemudian takjubnya khalayak ramai lainnya terhadap Islam yang tersimpan dalam lubuk hati mereka. Ketika melihat kemajuan dan keunggulan militer kaum muslimin, peradaban yang dimiliki umat Islam yang mempunyai pengaruh dalam merongrong aqidah (menurut orang-orang Barat), maka mereka menganggap Islam sebagai musuh satu-satunya bagi agama Nasrani. Yang penting bagi mereka adalah untuk mensudutkan agama Islam, memburuk-burukkan agama Islam dan memutar balikan kebenaran agama Islam. Ketika itu mereka memandang bahwa Islam merupakan musuh mereka. Tidak berhak berkembang dan kaum muslimin itu dipandangnya orang biadab, perampok dan pembunuh . Kita juga tidak akan mendapatkan seorang pun pendeta Kristen, Yahudi, Rahib maupun Uskup, kecuali mereka benar-benar sangat keras menghantam umat Islam. Semua itu tidak ada tujuan lain, kecuali untuk memalingkan pandangan dan orang-orang Barat sehinggga mereka tidak lagi mengkritik aqidah dan kitab suci mereka, selain itu sisa-sisa perang salib, ekspansi Turki Usmani ke Eropa masih terasa dalam hati orang-orang Barat. Sehingga membuat mereka takut dengan kekuatan Islam sehingga mereka selalu membenci umat Islam. Hal-hal tersebut diatas membuat temperatur jiwa mereka meningkat, sehingga membuat mereka semakin bersemangat untuk mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan keIslaman. Hal ini juga ditambah dengan tujuan para pendeta yang tidak melupakan tentang penyebaran aqidah agama Nasrani, kerena memang hal itu yang pertama mereka inginkan. Lalu mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak layak, sebagai salah usaha untuk membuat keragu-raguan dalam hati kaum muslimin terhadap aqidah yang mereka imani dengan cara yang profesional. Dari segi lain mereka juga berusaha meyakinkan pengikutnya, bahwa peradaban Barat lebih unggul dari pada peradaban Islam.
Mereka menggambarkan agama Islam dalam bentuk agama yang apatis dan tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Para orientalis juga bertujuan untuk menciptakan jiwa yang lemah dan pribadi pesimis dalam pribadi-pribadi umat Islam dan bangsa Timur lainnya, sehingga membuat mereka tunduk kepada peradaban materialis Barat yang modern. Dan diantara tipu daya mereka adalah selalu menyimpulkan ajaran umat Islam dari kondisi riil umat Islam sekarang (yang ada), dengan meninggalkan dan mengacuhkan referensi kaum muslimin dan peninggalan-peninggalan yang bernilai tinggi. Mereka juga selalu memiih lingkungan umat Islam yang paling parah dan bobrok untuk dijadikan contoh kenyataan dari hasil ajaran Islam .
2.    Bahasa Pemutusan sendi-sendi yang menghubungkan antara Arab dengan ummat Islam tidak mungkin dilakukan selama masih ada huruf Arab resmi, yang menyatukan ummatnya antara masa sekarang, dengan peninggalan-peninggalan masa lalu. Maka ia berfikir, jika mampu menjauhkan dan melupakan umat Islam dengan huruf Arab dan menggantinya dengan huruf latin, maka terputuslah hubungan antara Arab, umat Islam, al-Quranul karim, peninggalan-peninggalan keIslaman mereka, kebanggaan mereka menggunakan bahasa arab, kesusastraan, sejarah, dan pemikiran Islami. Kemudian jadilah bahasa Arab sebagai kesatuan bahasa yang tidak dikenal lagi bahkan setelah itu kesatuan ini menjadi saling kontroversial dengan masa. Maka hanya membutuhkan waktu sedikit lagi untuk menundukkan umat Islam. Akan menjadi gampang untuk mewarnai pengikut Muhammad dengan ajaran Kristen dan menjadikan mereka bangsa-bangsa yang mengikuti peradaban Barat. Dengan demikian, maka terealisasilah cita-cita orang-orang Eropa untuk mengakhiri eksistensi ajaran Islam dan kaum muslimin.
3.    Sejarah Ketika berakhirnya perang salib dengan kekalahan kaum salib, dimana menurut zahiriyahnya perang itu perang Agama dan pada hakekatnya perang penjajahan, orang-orang Barat tidak berputus asa untuk menduduki negeri-negeri Arab dan seterusnya negeri-negeri Islam. Lalu mereka berketetapan hati untuk mempelajari negeri-negeri itu .
4.    Politik Melihat bahwa kebutuhan politiknya menginginkan agar konsul dan dutanya yang memiliki bekal yang mapan tentang kajian yang berhubungan dengan dunia Timur. Dengan cara demikian mereka akan dapat menjalankan kepentingan-kepentingan politik bagi mereka, seperti membuat hubungan dengan para pemikir, wartawan dan ahli politik untuk mengenal pemikiran, situasi negara, dan menyebarkan aliran-aliran politik yang diinginkan negara-negara imperialis dinegara-negara jajahannya. Selain itu juga membuat hubungan dengan agen-agen yang mau dan mampu membantu mereka untuk merealisasikan tujuan-tujuan politik mereka dinegara tersebut . Dengan dorongan politik itu, dapat dihembus-hembuskan semangat perpecahan diantara sesama bangsa yang satu, agama, dan diantara sesama bangsa yang berlainan agama, hal itu semua, tentunya setelah dipelajari cara-caranya dan kuncinya oleh ahli keTimuran. Meskipun penjajahna sudah lenyap, tetapi penjajahan dalam bentuk lain bisa saja diusahakan dengan berbagai jalan. Umpamanya penjajahna ekonomi, penjajahan aqidah, penjajahan pengaruh ideology dll .
5.    Adat istiadat  Agar impian mereka benar-benar terwujud para orientalis mulai berusaha menghidupkan nilai-nilai sejarah kebangsaan(nasionalisme) Fir’aun di Mesir Phoenix di Damaskus, Lebanon dan Palestina dan bangsa Asyuria di Irak, hal ini digunakan untuk memecah belah umat Islam dan guna mengetahui sejauh mana ketangguhan Islam dalam mempertahankan kemerdekaaan, persatuan, ras, tanah air dan kekayaan alam. Serta sejauhmana keinginan kita untuk kembali memimpin peradaban sebagaimana yang pernah dicapai. Yaitu, kerinduan untuk mengikat kembali persatuan dan berjumpa dengan saudara-saudara seaqidah, menjalani hidup dengan budi pekerti yang tinggi, menghargai nilai-nilai sejarah dan mewujudkan kemaslahatan bersama . Pada masa sekarang, setelah berkembang blok Timur dan blok Barat maka masing-masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan masyarakat, dimana mereka ditempatkan untuk kepentingan politik dari negaranya. Dibawahnya hal-hal yang mempengarihi kebudayaan, kehidupan dan penghidupan kepada bumiputeranya. Sehingga tanpa disadari penduduk asli itu hanya mengalami perubahan dalam segala bidang, bidang kebudayaan dan keagamaan khususnya. Mereka tahu akan segi-segi kelemahan dari penduduk Timur, lalu kelemahan itu dapat dimanfaatkan oleh mereka.
6.    Keilmuan Sejak dahulu tidak ada yang menyangsikan kebenarannya dan terlukis dalam getirnya pengalaman historis bahwa orientalis dan misionaris bagaikan baut-baut dari seperangkat mesin imperialis. Yang tujuan utamanya adalah menggetarkan sendi-sendi Islam dengan mempopulerkan ilmu-ilmu sekuler Barat,  ebudayaan Barat, kehidupan ala Barat yang lengkap dengan atribut dekadensinya, untuk mempengaruhi generasi Islam dan mereka yang lemah imannya agar mengkultuskan Barat sehingga rela menanggalkan peradaban serta bahasanya seakan-akan atas kesadarannya sendiri menjadi modern. Dalam bidang garapan ini, mereka mencapai hasil yang nyata, dengan perhitungan apabila generasi tersebut mencapai usia lanjut maka generasi berikutnya akan semakin jauh dengan ajaran Islam, lebih tidak mengerti lagi tentang fikih Islam, serta mengenal alquran hanya sebagian kecil saja dari ayat-ayatnya. Apabila telah sampai pada kondisi semacam ini maka mudahlah untuk dicundangi dan dikacaukan pemikiranya. Pendek kata kaum orientalis yang terdahulu, telah memanfaatkan hasil penelitiannya tentang agama Islam dan yang berhubungan dengan ajaran Islam baik secara positif atau negative. Dan banyak melontarkan hasil penelitiannya yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan membawa pengaruh yang jelek kepada kaum muslimin .
7.    Ekonomi Bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil industrinya , mereka harus meneliti kesukaan negeri-negeri yang menjadi sasarannya, warna apa, kain apa, barang apa dan sebagainya. Sehingga barang-barangya menjadi laku dan dan dapat pula membeli dari hasil-hasil bumi dari negeri Timur dengan harga yang murah. Kemudian dapat pula mematikan industri dalam negeri, demi memajukan industri mereka sendiri.
Dari itu, memerlukan penellitian dan pengatahuan yang cukup tentang negeri-negeri Timur itu, bagi negeri-negeri Barat yang telah mempunyai kemajuan industri yang demikian pesat dan menghasilkan barang-barang yang tidak sedikit, yang perlu dilemparkan kepasar-pasar dunia .
8.    Kesusasteraan Terminologi orientalis menunjukkan betapa hebat dan berkuasanya kesusateraan mereka terhadap kita. Fenomena yang mereka lakukan dengan meragukan keunggulan sastra Arab terhadap sastra mereka, bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa sastra Arab itu rendah dan kalah, jika dibandingkan dengan sastra mereka. Ini adalah contoh dari imperialisme sastra yang mereka inginkan, disamping imperialisme militer yang mereka ragukan .
9.    Kemasyarakatan Dengan menghidupkan paham kesukuan yang dulunya sempat mencuat dalam komunitas suatu masyarakat sebelum datangnya dinul Islam. Mereka juga menghembuskan isu-isu yang dapat mengakibatkan perang saudara diantara mereka sendiri .
10.               Archeologi, keturunan, dan lainnya. Bagi kaum muslimin kebudayaan Islam adalah asli, dalam pengertian ia lepas dari tradisi-tradisi Yunani dan Romawi atau kebudayaan yang dipusakai dari Persia. Bangunan kebudayaan Islam didirikan diatas kepercayaan Islam, dengan sendirinya pula alqur’an dan kehidupan serta ajaran nabi besar Muhammad saw.  Islam telah menjadi sumber ilham utama bagi beragam kebudayaan kaum muslimin. Diberbagi bagian dunia Islam , pola-pola kebudayaan sesungguhnya telah mengalami evolusi dengan sedikit variasi. Kebanyakan itu bersifat detail, disebabkan keadaan setempat. Dengan tauhid, kebudayaan Islam berbeda dengan peradaban-peradaban lainnya. Tidak mengakui perbedaan-perbedaan bangsa, warna dan Negara. Juga tidak memperlihatkan penghargaan istimewa terhadap pakaian dan makanan. Disebagian kaum orientalisten, timbullah kesan, bahwa agama Islam tidak mempunyai apa-apa, dan hanyalah merupakan pengambilan dari agama Yahudi dan Kristen. Dalam kajian orientalisme mempunyai karakter khusus yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pemahaman orientalisme itu sendiri yaitu orientalisme merupakan suatu kajian yang merupakan suatu ikatan yang sangat erat hubunganya dengan kolonial Barat. Khususnya kaum kolonial Britania dan Perancis sejak akhir abad 18 hingga usai perang dunia kedua. Kemudian dilanjutkan oleh kolonial Amerika (sebagai simbol kolonial Barat) hingga dewasa ini.
11.               Jadi fenomena orientalisme berkaitan erat dengan kolonialisme. Dimana ada kolonialisme , disitu pula ada orientalisme. Semua negara Barat yang penjajah, mempunyai organisasi orientalisme.
12.               Orientalisme merupakan gerakan yang mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan gerakan Kristenisasi. Hal ini terbukti dengan membengkaknya jumlah kaum Nasrani yang mensepesialisasikan dirinya dalam sekolah kepasturan untuk mengkaji kitab-kitab perjanjian lama dan perjanjian baru. Kemudian mereka dipersiapkan secara khusus (dengan bekerja sama orientalisme Yahudi) untuk mempelajari tentang Islam dan kaum muslimin, dengan tujuan yang beraneka ragam. Antar lain mengenal lebih jauh masalah-masalah yang mungkin dapat digunakan sebagai sarana untuk mengotori citra Islam, menumbuhkan rasa perselisihan dikalangan umat Islam, serta menumbuhkan rasa keragu-raguan terhadap ajaran agama Islam dan berusaha semaksimal mungkin untuk memurtadkan umat Islam.
13.               Orientalisme merupakan kajian gabungan yang kuat antara kolonialisme dengan gerakan Kristenisasi, yang validitas ilmiah dan obyektifitasanya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara mutlak, khususnya dan mengutarakan kajian tentang Islam. Yang demikian itu mereka lakukan dengan menggunakan segala bentuk sarana dan prasarana. Antar lain seruan untuk memajukan dan mengaktualisasikan evolusi Islam, westernisasi, dan modernisasi, asimilasi kebudayaan, ateisme,nasionalisme, dialog pendekatan antar agama.
14.               Orientalisme merupakan bentuk kajian yang dianggap paling potensial bekerja sebagai konsultan bagi negara dalam merencanakan politik mereka guna diterapkan pada satu wilayah jajahan yang dibarengi dengan gerakan Kristenisasi diseluruh wilayah yang penduduknya beragama Islam .
C.     Tujuan Orientalisme Tujuan utama orientalisme adalah mengungkap dan menyingkap signifikansi simbolik ungkapan kultural Islam yang dalam, dimana bahasa Arab merupakan wahana utamanya . Harus kita akui dengan terus terang bahwa beberapa orang diantara para orientalist telah menghabiskan sebagian umur, kekuatan atau kemampuan mereka mempelajari agama Islam. Mereka bentuk organisasi untuk menyelidiki dan mempelajari masalah-masalah keTimuran dan keIslaman tanpa pengaruh-pengaruh politik ,ekonomi, atau agama, tetapi semata-mata kedoyanan atau kegemaran mereka mendapatkan ilmu pengetahuan . Orientalist yang kerjanya hanya mencari kejelekan-kejelekan dan kelemahan-kelemahan agama Islam, kebudayaan Islam, dan sejarah Islam, yang mereka sengaja membeberkan nya dalam kitab-kitab karangan mereka dengan tujuan tertentu yang bersifat politik dan agama. Banyak sekali orientalist yang memusatkan perhatian dan kegiatan mereka untuk memperkenalkan kepada orang banyak kelemahan-kelemahan dalam ajaran Islam, masyarakat dan kebudayaan atau peradaban muslimin, lalu mereka teruskan mencari kejelekan dan kelemahan agama dan syariat Islam. Cara khusus mereka ialah membesar-besarkan masalah-masalah kecil. Orientalisme memang bukan kajian obyektif dan tidak memihak Islam maupun kebudayaannya; yang diupayakan secara mendalam bukanlah untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan orisinal melainkan hanya rencana jahat yang terorganisasikan untuk menghasut para pemuda kita agar memberontak terhadap agama mereka, dan mencemooh semua warisan sejarah Islam dan kebudayaannya sebagai warisan yang tidak berguna. Sasaran yang hendak dicapainya adalah mencipta kekeliruan sebanyak-banyaknya dikalangan pemuda-pemuda yang belum matang dan mudah ditipu itu dengan cara menanamkan benih keraguan, sinisisme, dan skeptisisme .
D.    Adapun tujuan-tujuan yang ingin mereka wujudkan adalah:
1.    Membuat keraguan terhadap keabsahan alqur’an sebagai firman Allah
Para Orientalis mengatakan tentang humanismenya al Qur’an sehingga mereka berkesimpulan bahwa ia bukan besumber dari Allah, tapi merupakan ungkapan tentang lingkungan Arab yang dikarang oleh seorang Rasul .
2.    Membuat keraguan terhadap kebenaran ajaran nabi Muhammad
Upaya peraguan yang mereka lakukan mencakup masalah keabsahan hadis-hadis Nabi Muhammad, mereka mencari-cari alasan bahwa hadis Rasulullah mengandung dusta tanpa menghiraukan usaha keras yang dilakukan ulama-ulama kita dalam menyeleksi hadis-hadis yang sahih atau tidak .
3.    Membuat keraguan terhadap urgensi bahasa Arab sebagai bahasa yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan Tidak hayal lagi, bahwa bahasa Arab termasuk salah satu bahasa dunia yang paling kaya kosa katanya, istilah-istilah didalamnya, dan ia mampu berjalan seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan .
4.    Membuat keraguan terhadap nilai fikih Islami yang asasi Para orientalis benar-benar membuat kekeliruan ketika menelaah tentang kebebasan undang-undang fikih tersebut. jadi mereka langsung saja menduga bahwa fikih yang luar biasa ini bersumber dari undang-undang Romawi (Eropa) .
5.    Membuat keraguan terhadap nilai peninggalan kebudayaan Islam dan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh cendikiawan muslim Dalam pandangan mereka, Islam hanya bisa berdiri terbengong dihadapan kemajuan manusia dan mencekik perjalanan hidup ini. Padahal, sebagaimana kita ketahui Islam bukanlah agama yang mencekik nilai-nilai akal dan Islam selalu mengajak orang untuk menggunakan akalnya .
6.    Melemahkan jiwa ukhuwah Islamiyah antara sesama umat Islam diberbagi Negara
Mereka menghembus isu-isu yang dapat mengakibatkan perang saudara. Demikian juga yang mereka lakukan dinegara-negara Islam dan secara terang-terangan menghalangi persatuan dan kekompakan ummat Islam dengan metode jahat yang ada pada pikiran mereka . Mereka pertama-tama menentukan obyek yang akan mereka kritik, lalu dengan segala kepandaian dan kecerdikan berfikir mereka, mereka tetapkan cara-cara membeberkannya. Sekalipun hal-hal yang mereka kemukakan itu bohong semata dan tak ada nilai sama sekali, mereka sajikan begitu rupa seakan-akan kejadian yang sebenarnya, sebab mereka tambahi dan bumbui. Lalu mereka tetapkan pandangan mereka tentang hal-hal tersebut yang tidak ada sama sekali dalam agama Islam, hanya keluar dari otak khayal mereka sendiri .
Tujuan akhirnya adalah untuk menggantikan fenomena-fenomena dan pemahaman-pemahaman yang membantu Islam, juga mengecilkan peran penting Islam serta efeknya dalam kehidupan perorangan, maupun masyarakat. Dalam waktu yang sama, pemikiran Barat, aturan-aturannya, dan kebudayaannya semakin mengental dan mengkristal dalam pemikiran umat Islam itu sendiri. Apabila tujuan diatas benar-benar membuahkan hasil yang baik dalam masyarakat Islam, sehingga sesat dari jalan yang benar, menjadi kacau balau, dan terjerat dalam suatu jaringan pemikiran Barat, maka umat Islam sendiri akan yang memusuhi Islam yang telah berhasil didirikan oleh musuh-musuhnya dengan perantaraan para orientalis maupun kelompok lainnya. Demikianlah, begitu mudah dan gampang bagi mereka untuk memerangi masyarakat Islam. Yaitu, dengan menghubungkannya dengan fenomena-fenomena dan prinsip-prinsip serta pemikiran-pemikiran Kafir Barat agar umat Islam benar-benar hidup dalam jeratan musuh-musuhnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

isim adad

BATAS AWAL DAN AKHIR PENDIDIKAN

KARAKTERISTIK TES YANG BAIK