PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn TENTANG KERJA SAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 03 BANGSALSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
A. IDENTITAS PENELITI
Nama : Ainul yaqin
Kelas :BSA
Prodi :Bahasa Dan Sastra Arab
Fakultas :Ushuluddin adab dan humaniora
NIM : U20153014
Semester
: 5
B. JUDUL PENELITIAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn TENTANG KERJA SAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 03 BANGSALSARI TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
C. LATAR BELAKANG
Salah satu indikator
pendidikan berkualitas adalah perolehan
nilai hasil belajar siswa meningkat. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan jika pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan
ditunjang oleh tersedianya sarana dan
prasarana pendukung serta kecakapan
guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang memadai.
Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar PKn
di kelas VI SD Negeri 03 Bangsalsari untuk beberapa
kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Dilihat
dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM)
yaitu sebesar 82,143%,
hanya 17,857 % siswa yang memenuhi KKM. . Dengan rata-rata
kelas sebesar 62,4
Rendahnya prestasi belajar PKn di kelas VI SDN 03 Bangsalsari,
Kecamatan Bangsalsari dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode, media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi, kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subjek.
Kecamatan Bangsalsari dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode, media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi, kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subjek.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan
meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran PKn maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga akan diperoleh hasil maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, teori hanya pada tingkat
ingatan.
meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran PKn maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga akan diperoleh hasil maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, teori hanya pada tingkat
ingatan.
Upaya perubahan dilakukan
guru dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif
dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Student
Teams Achievement Division
(STAD).
Pembelajaran STAD adalah
model pembelajaran
dimana dalam pembelajaran
para siswa diberi kesempatan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yang terdiri atas 4-5
orang siswa untuk belajar menyelesaikan
suatu masalah secara bersama-sama. Diharapkan model pembelajaran
STAD ini mampu memberi
landasan teoritis kepada
siswa bagaimana dapat sukses belajar bersama orang lain.
D. IDENTIFIKASI
MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai
berikut:
1.
Hasil belajar ujian
akhir sekolah PKn
belum menunjukkan hasil yang
optimal.
2.
Siswa Kelas VI mengalami kejenuhan. Untuk itu perlu berbagai metode dan media yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.
3.
Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga kreatifitas siswa kurang berkembang secara optimal.
4.
Perlunya model pembelajaran
yang efektif dan inovatif sehingga
siswa tidak cepat
bosan dan mempunyai daya lekat yang tinggi.
E. BATASAN MASALAH
Penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
sebenarnya dapat dilakukan di semua mata pelajaran. Namun, berdasarkan
identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis mempersempit
permasalahan dalam pembatasan masalah supaya penelitian yang dilakukan lebih
spesifik dan lebih fokus. Sehingga pemasalahan yang hendak dikaji adalah
rendahnya hasil
belajar siswa pada materi matematika kelas VI Sekolah Dasar khususnya pada pembahasan
materi kerja
sama negara-negara Asia Tenggara bagi
siswa kelas VI SD Negeri Bangsalsari tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan
hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa, baik dari nilai ulangan harian maupun nilai tugas serta keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan atau soal dari
guru.
F. RUMUSAN MASALAH
Perumusan
masalah merupakan pernyataan
rinci dan lengkap, mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti. Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn
tentang Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara bagi
siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri 03 Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
Tahun Pelajaran 2015/2016?
G. CARA PEMECAHAN
MASALAH
Penerapan STAD,
merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan
dalam upaya meningkatkan hasil belajar PKn khususnya kompetensi dasar Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara,
bagi siswa kelas
VI semester 2 SD Negeri
Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang
Tahun Pelajaran 2014/2015. Sehingga dapat membantu guru untuk mengembangkan gagasan tentang
strategi kegiatan pembelajaran
yang efektif dan
inovatif serta mengacu
pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta
didik.
H. TUJUAN
Untuk meningkatan
hasil belajar mata pelajaran PKn melalui pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) siswa kelas VI Semester 2 SD
Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang
Tahun Pelajaran 2014/2015.
I.
MANFAAT
1.
Bagi Siswa
a.
Meningkatnya hasil belajar pkn tentang kerja sama negara-negara asia
tenggara
b.
Membangkitkan minat belajar siswa.
c.
Melatih berfikir kritis.
2.
Bagi Guru
a.
Menciptakan lingkungan belajar yang
aktif.
b.
Meningkatkan kinerja guru dalam
proses belajar mengajar.
3.
Bagi sekolah
a.
Untuk memberi gambaran tentang
kompetensi guru dalam mengajar.
b.
Meningkatkan prestasi belajar
matematika.
J.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat
suatu hipotesis tindakan
sebagai berikut: Melalui
pembelajaran Student Teams
Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara bagi siswa kelas VI semester 2 SD Negeri Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.
K. KERANGKA KONSEPTUAL
Pembelajaran
menurut aliran kognitif (Soeparwoto, 2004:82) adalah
cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa
yang sedang dipelajari. Salah satu tokoh penting dalam
pengembangan pembelajaran
menurut aliran kognitif
adalah Piaget.
Terdapat tiga prinsip
utama dalam
pembelajaran menurut Piaget
dalam Sugandi (2004:35).
1. Belajar Aktif
Untuk membantu
perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri.
2. Belajar
Lewat Interaksi Sosial
Dalam
belajar perlu diciptakan
suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara
subyek belajar.
STAD
merupakan salah satu
tipe dalam model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung
jawab kelompok untuk pembelajaran individu
anggota kelompok.
Menurut
Nur (2000:31) Cooperat VIe Learning Tipe STAD
merupakan pembelajaran kooperatif dengan pengelompokan
campur yang melibatkan pengakuan Tim dan tanggung
jawab kelompok untuk
pembelajaran individu.
Lebih lanjut Muhammad Nur menguraikan inti pembelajaran STAD sebagai berikut:
1.
Penyajian materi
2.
Belajar dalam Tim
3.
Pemberian Kuis
4.
Penghargaan
Dunia ini mempunyai
lima benua (sunarso dan anis kusmawardani, 2008:66), yaitu Benua Asia, Amerika,
Afrika, Australia, dan Eropa. Negara Indonesia terletak di Benua Asia, tepatnya
di kawasan Asia Tenggara. Selain Indonesia, negara-negara yang terletak di
kawasan Asia Tenggara, antara lain Malaysia, Thailand, Kamboja (Kampuchea),
Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, dan Myanmar.
Negara-negara tersebut merupakan negara tetangga Indonesia
.
Negara Indonesia
menjalin kerja sama dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan dunia
pada umumnya. Hubungan dengan negara tetangga didasari oleh rasa saling
menghormati dan menghargai. Kerja sama negara-negara Asia Tenggara diwujudkan
dalam suatu organisasi yang disebut ASEAN.
ASEAN singkatan
dari Association of South East Asian Nations atau dalam bahasa Indonesia
dikenal sebagai Perbara (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). ASEAN
didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, ibu kota negara Thailand yang
diprakarsai oleh lima Menteri Luar Negeri berikut ini.
a. Indonesia : Adam Malik
b. Malaysia : Tun Abdul Razak
c. Thailand : Thanat Khoman
d. Filipina : Narcisco Ramos
e. Singapura : S. Rajaratnam
Tujuan terbentuknya
ASEAN Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu dengan yang
lain di dalam menangani masalah kepentingan bersama yang menyangkut berbagai
bidang. Misalnya, di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu
pengetahuan, dan administrasi.
Kerja Sama ASEAN, Negara-negara
anggota ASEAN saat ini menjalin kerja sama dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan latihan militer bersama.
- Politik
Di bidang politik, ASEAN sepakat untuk
menyelesaikan segala permasalahan melalui meja perundingan. ASEAN sepakat untuk
menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir.
- Ekonomi
Di bidang ekonomi, ASEAN berupaya menciptakan kerja
sama perdagangan yang saling menguntungkan. Bentuk kerja sama ekonomi dapat
direalisasikan, antara lain sebagai berikut:
a.
Membuka pusat promosi ASEAN untuk perdagangan,
investasi, dan pariwisata di Tokyo;
b.
Menyediakan cadangan pangan (terutama beras);
c.
Membangun proyek-proyek industri ASEAN, seperti proyek
pabrik pupuk urea amonia di Indonesia dan Malaysia, proyek industri tembaga di
Singapura, proyek pabrik mesin diesel di Singapura, dan proyek pabrik
superfosfor di Thailand;
d.
menciptakan preference trading
arrangement (PTA) yang bertugas menentukan tarif rendah untuk beberapa jenis
barang komoditas ASEAN.
- Sosial
Di bidang sosial, ASEAN
melakukannya kerja sama, antara lain sebagai berikut:
a.
Pencegahan Narkoba Dan
Penanggulangannya;
b.
Penanggulangan Bencana Alam;
c.
Perlindungan Terhadap Anak Cacat;
d.
Pemerataan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat.
- Budaya
Di bidang budaya, ASEAN melakukan kerja sama,
seperti berikut:
a.
Tukar menukar pelajaran dan
mahasiswa;
b.
Pemberantasan buta huruf;
c.
Program tukar menukar acara
televisi asean;
d.
Temu karya pemuda asean;
e.
Festival lagu asean.
Secara
Skematis uraian digambarkan kerangka pemikiran penelitian tindakan kelas ini adalah
![]() |
|||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||||
L. RANCANGAN
PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini (Suharsimi Arikunto, 2015: 1).adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah
satu jenis penelitian yang memaparkan proses maupun hasil, yang melakukan PTK
di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada hari-hari efektif
sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 03 Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini peneliti berharap akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan pembelajaran di kelas secara lebih baik.
sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 03 Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini peneliti berharap akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan pembelajaran di kelas secara lebih baik.
M. SUBYEK PENELITIAN
adalah siswa kelas VI SD Negeri 03 Bangsalsari tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa.
N. OBYEK PENELITIAN
Model
pembelajaran kooperatif learning tipe
Student Teams Achievement Division (STAD)
O. TEKNIK DAN ALAT
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas
pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata
pelajaran PKn.
Alat
pengumpulan data meliputi:
1. Tes tertulis, terdiri atas 20 butir soal.
2. Non tes, meliputi lembar observasi dan
dokumen. Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses
pembelajaran.
a. Validasi hasil belajar
hasil belajar
dikenakan pada instrument penelitian
yang berupa tes. Validasi ini meliputi
validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya mengadakan
analisis instrumen yang terdiri atas tampilan tes, validitas isi dan validitas kostruksi.
b.
Empiris artinya analisis terhadap butir-butir
tes, yang
dimulai dari pembuatan
kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan
kriteria pemberian skor.
c.
Validasi proses pembelajaran
Validasi
proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitu triangulasi
sumber dan triangulasi metode. Triangulasi
sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian
yaitu siswa kelas VI SD Negeri Terjan dan kolaborasi
dengan guru kelas
yang mengajar bidang
studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Triangulasi metode
dilakukan dengan penggunaan metode
dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh
data pendukung yang diperlukan
dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
P. INDIKATOR KINERJA
Model
pembelajaran
Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dikatakan
dapat mencapai ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas V SD
Negeri 03 Bangsalsari tahun pelajaran 2015/2016 apabila rata-rata yang diperoleh oleh
siswa di kelas adalah 75% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di atas KKM (75) dan semua siswa menjadi aktif dalam bekerja kelompok khusunya dalam materi
Kerja Sama Negara-Negara Asia Tenggara.
Jadi, apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka
tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.
Q. ANALISIS DATA
Suharsimi Arikunto (2009: 262)
menyatakan bahwa terdapat dua macan analisis data, yaitu analisis deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data berupa angka, sedangkan deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis data yang berupa informasi.
Hasil tes dianalisis secara
deskriptif kuantitatif. Hasil tes siswa pada setiap siklus dihitung nilai
rerata dan persentase ketuntasan siswanya, kemudian dibandingkan dengan nilai
siklus sebelumnya. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran dianalisis.
Adapun rumus perhitungan analisis
persentase yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh Muhamad
Ali (2001:18) sebagai berikut:
X
% = 

Sedangkan untuk skor rata-rata,
menggunakan rumus rata-rata yang dikemukakan Sugiyono (2009:43) sebagai berikut
:


R. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan
adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap
siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1.
Siklus I
a.
Perencanaan (planning), terdiri atas:
1)
Penyusunan RPP;
2)
Penyiapan
skenario pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
1) Pelaksanaan program pembelajaran.
2) Pembelajaran menerapkan pembelajran kooperatif learning pada
kompetensi dasar
mengenal Kerja sama
Negara- negara Asia Tenggara,
3) Secara klasikal menjelaskan
strategi pembelajaran STAD dilenkapi LKS,
4) Memodelkan
strategi dan langkah-langkah pembelajaran STAD,
5) Observasi tentang proses pembelajaran
6) Mengadakan tes tertulis,
7) Penilaian hasil tes tertulis.
c.
Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses
pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga
diketahui hasilnya sebagai dasar refleksi..
d.
Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan (planning), terdiri atas:
1)
Penyusunan RPP;
2)
Penyiapan skenario pembelajaran.
b.
Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
1)
Pelaksanaan program pembelajaran,
2)
Pembelajaran stad
pada kompetensi dasar mengenal
kerja sama negar negara asia tenggara
3) Siswa
untuk menerapkan strategi pembelajaran
stad, diikuti kuis
4) Observasi tentang proses pembelajaran,
5) Mengadakan tes tertulis,
6) Penilaian hasil tes tertulis.
c.
Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek.
d.
Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II.
Hasil dan Pembahasan
A.
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran
sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru
mengajar secara konvensional. Guru cenderun menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga.
mengajar secara konvensional. Guru cenderun menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga.
Melihat
kondisi pembelajaran yang monoton,
suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh
siswa kelas VI pada kompetensi dasar Kerja sama
Negara-negara Asia Tenggara sebelum siklus I (pra siklus) seperti
pada tabel 2.
Banyak
siswa belum mencapai KKM. Hal
ini diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah KKM sebesar
75 .
No
|
Hasil
Angka
|
Hasil
Huruf
|
Arti
Lambang
|
Jumlah
Siswa
|
Persen
|
1
|
85-10
|
A
|
Sangat baik
|
-
|
0 %
|
2
|
75-84
|
B
|
Baik
|
5
|
17,857 %
|
3
|
65-74
|
C
|
Cukup
|
7
|
25,000 %
|
4
|
55-64
|
D
|
Kurang
|
12
|
42,857 %
|
5
|
<54
|
E
|
Sangat kurang
|
4
|
14,286 %
|
Jumlah
|
28
|
100%
|
Berdasarkan hasil analisis
yang digambarkan dalam table 2 diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0 % / tidak ada, nilai B (baik) 17,857.% /5 siswa. nilai C (cukup) 25,000 % / 7
siswa, nilai D (kurang) 42,857 % / 12 siswa , sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) 14,286 % atau
sebanyak 4 siswa. Data ketuntasan
belajar pada
kondisi awal dapat diketahui pada tabel dibawah
ini
Tabel 3
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No
|
Ketuntasan
Belajar
|
Jumlah
Siswa Pra Siklus
|
|
Jumlah
|
Persen
|
||
1
|
Tuntas
|
5
|
17,857
%
|
2
|
Belum
Tuntas
|
23
|
82,143
%
|
Jumlah
|
28
|
100 %
|
Berdasarkan data pada
tabel 3 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa kelas VI yang
memiliki nilai kurang dari KKM 75, sebanyak 28 siswa. sebanyak 23 siswa
(82,143 %). Sedangkan
yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 5 siswa ( 17,857 %) , hal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
|
|



Gambar 2. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Hasil nilai
pra siklus I yang diperoleh dari
hasil tes awal dapat ditunjukan
seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4
Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
No.
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tinggi
|
80
|
2
|
Nilai Rendah
|
35
|
3
|
Nilai Rata-rata
|
62,4
|
Sumber ; Hasil analisis data Februari 2015
Untuk
memperjelas hasil tertinggi, terendah
maupun nilai rata di atas, dapat
digambarkan dengan grafik berikut ini

Gambar 3. Grafik nilai rata- rata pra siklus
B. Deskripsi Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pemilihan materi dan penyusunan RPP. Materi yang
dipilih dalam penelitian
ini adalah kompetensi
dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan RPP,
dengan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit.
2) Pembentukan kelompok belajar Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil dengan memperhatikan
heterogenitas baik kemampuan, gender.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan pada siklus
I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Tatap muka I dan II
dengan RPP tentang materi Kerja sama
Negara-negara Asia Tenggara. Metode pembelajaran
yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif
learning model TGT dengan panduan Lembar
Kerja Siswa ( LKS).
2) Wawancara. Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh
mana
perasaan siswa dalam memahami
materi Kerja sama Negara-negara
Asia Tenggara dengan menggunakan pembelajaran STAD.
Hasil wawancara juga digunakan
sebagai bahan refleksi.
3) Observasi. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi
dan untuk merencanakan rencana tindakan pada
siklus II.
c.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus I dapat
dideskripsikan:

Gambar 4 Grafik hasil tes Siklus I
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa
nilai A (sangat baik) 4 siswa (14,286
%), nilai B (baik) 16 siswa (57,143 %), nilai C (cukup) 7 siswa
(25,000 %), nilai D (kurang) 1 siswa
(3,571 %), sedangkan yang mendapat nilai D
(sangat kurang) tidak ada atau 0 %
Tabel 5
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No
|
Ketuntasan
|
Jumlah
|
|
Jumlah
|
Persen
|
||
1
|
Tuntas
|
20
|
71,429
%
|
2
|
Belum
Tuntas
|
8
|
28,671
%
|
Jumlah
|
28
|
100 %
|
Tabel ketuntasan diatas diperjelas pada
grafik dibawah ini:
|
|



Berdasarkan
ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 28 siswa terdapat 20
siswa (71,429%) mencapai ketuntasan belajar.
Sedangkan 8 siswa (28,571%) belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I
dapat dijelaskan bahwa
perolehan nilai tertinggi adalah 100 , nilai terendah 60,
dengan nilai rata-rata kelas 76,4, seperti pada tabel dibawah
ini :
Tabel 6
Rata-rata Hasil Tes siklus I
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
60
|
3
|
Nilai Rata-Rata
|
76,4
|
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data
tabel 6 di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut

Gambar 6 Grafik nilai rata siklus I
d. Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan
awal dengan hasil tes siklus I dapat dilihat
adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 23 anak dan pada
akhir siklus I berkurang menjadi 8 anak. Nilai
rata-rata kelas meningkat dari 62,4 menjadi 76,4. Jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan
belajar mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan siklus
I, seperti disajikan dalam tabel 7 berikut ini.
Tabel 7.
Perbandingan
Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan
Siklus I
No.
|
Hasil
Tes ( dalam huruf)
|
Jumlah
siswa yang berhasil
|
|
Pra
siklus
|
Siklus
1
|
||
1
|
A
(85-100)
|
-
|
4
|
2
|
B
(75-84)
|
5
|
16
|
3
|
C
(65-74)
|
7
|
7
|
4
|
D
(64-55)
|
12
|
1
|
5
|
E
(<54)
|
4
|
-
|
Jumlah
|
28
|
28
|
Sumber
: Hasil Tabulasi data Maret 2015

Gambar
7. Grafik Perbandingan hasil tes pra siklus dan Siklus I
Peningkatan Ketuntasan belajar siswa tampak
pada tabel dibawah ini, jika
dibandingkan hasil pra siklus dan
siklus I.
Tabel 8
Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra
Siklus dengan Siklus I
No.
|
Ketuntasan
|
Jumlah
Siswa
|
|||
Pra
Siklus
|
Siklus
1
|
||||
Jumlah
|
Persen
|
Jumlah
|
Persen
|
||
1
|
Tuntas
|
5
|
17,857%
|
20
|
71,429%
|
2
|
Belum Tuntas
|
23
|
82,143%
|
8
|
28,571%
|
Jumlah
|
28
|
100%
|
28
|
100%
|

Gambar 8. Grafik Ketuntasan Pra siklus dan siklus
I
Peningkatan hasil
rata- \rata
kelas nampak ada
perubahan pra siklus dengan siklus b.
perubahan pra siklus dengan siklus b.
Tabel 9
Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan
Siklus I tersaji dalam
Tabel berikut:
No
|
Keterangan
|
Pra siklus
|
Siklus I
|
1
|
Nilai tertinggi
|
80
|
100
|
2
|
Nilai
terendah
|
35
|
60
|
3
|
Nilai rata- rata
|
62,4
|
76,4
|
Dari tabel 9 dapat diperjelas dengan diagram
dibawah ini:

Gambar 9.Grafik nilai rata- rata pra siklus
dan siklus I
Berdasarkan
data pada tabel 12 di atas,
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif learning model
team STAD mampu
meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara . Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 76,4. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari
hasil observasi bahwa
dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang
kurang aktif dalam
melakukan kegiatan pembelajaran,
karena sebagian siswa
beranggapan
bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat
prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat
prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
C. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan
hasil refleksi pada
siklus I, maka pelaksanaan
tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi dan penyusunan RPP Dalam
siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I. Materi pelajaran dalam siklus II adalah Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Dilanjutkan
dengan pembuatan RPP, denggan alokasi waktu 2 x 35 menit dengan 2 kali tatap muka.
b. Pembentukan kelompok siswa
Pada
siklus II, strategi
pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif
learning model STAD dikemas dalam bentuk kuis yang dikompetisikan
antar kelompok.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaa tindakan pada siklus
II dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan
Tatap Muka
b.
Wawancara
c.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk
mengetahui aktivitas
siswa secara langsung
dalam proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi.
3. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 13 berikut ini.
Tabel 10
Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
No
|
Hasil (Angka)
|
Hasil huruf
|
Arti lambang
|
Jumlah siswa
|
Persen
|
1
|
85-100
|
A
|
Sangat baik
|
11
|
39,286%
|
2
|
75-84
|
B
|
Baik
|
14
|
50,000%
|
3
|
65-74
|
C
|
Cukup
|
3
|
10,714%
|
4
|
55-64
|
D
|
Kurang
|
-
|
-
|
5
|
<54
|
E
|
Sangat Kurang
|
-
|
-
|
Jumlah
|
28
|
100%
|

Gambar 10. Diagram hasil nilai siklus II
Dari diagram
di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan
nilai sangat baik (A) adalah (39,286 %) 11 siswa, nilai baik (B) adalah (50,000
%) 14 siswa. nilai C (cukup) adalah (10,714 %) 3 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Dan nilai
rata-rata 79,6
Ketuntasan belajar pada siklus II dapat
ditabulasikan seperti pada tabel
11 di bawah ini
Tabel 11.
Ketuntasan Belajar Siklus II
No
|
Ketuntasan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
|
Jumlah
|
Persen
|
||
1
|
Tuntas
|
25
|
89,286%
|
2
|
Belum Tuntas
|
3
|
10,714%
|
Jumlah
|
28
|
100%
|
Berdasarkan data
tabel di atas dapat digambarkan seperti
grafik di bawah ini:
Persentase

Gambar 11. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus
II
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui
bahwa siswa yang
mencapai ketuntasan sebanyak 25 siswa ( 89,286%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata-rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini :
Tabel 12
Rata-rata Hasil Tes siklus II
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tinggi
|
100
|
2
|
Nilai Rendah
|
65
|
3
|
Nilai Rata-Rata
|
79,6
|
Sumber
: Data yang diolah

Gambar12.
Grafik nilai Rata- rata siklus II
a.
Refleksi
Berdasarkan
nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa
pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn,
khususnya kompetensi dasar Kerja sama Negara-Negara
Asia tenggara. Untuk
lebih jelasnya pada tabel 13 berikut dipaparkan
hasil
refleksi pada siklus II.
Tabel 13
Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I
dan Siklus II
No
|
Hasil
Tes
|
Jumlah
Siswa yang Berhasil
|
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
||
1
|
A (85
-100)
|
4
|
11
|
2
|
B (75-84)
|
16
|
14
|
3
|
C
(65-74)
|
7
|
3
|
4
|
D
(55-64)
|
1
|
-
|
5
|
E
(< 54)
|
-
|
-
|
Jumlah
|
28
|
28
|
Sumber : Hasil Tabulasi Data April 2015
Dari tabel 13
tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut:

Gambar 13.
Grafik Perbandingan hasil belajar siklus I dan II.
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal
, siklus I dan siklus II dapat dilihat
bahwa saat kondisi awal rata-
rata kelas 62,4 , sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 76,4.
Adapun kenaikan rata-rata pada siklus II menjadi 79,6.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan dibawah ini:
Tabel 14
Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II
No
|
Hasil lambang Angka
|
Hasil Evaluasi
|
Arti Lambang
|
Pra siklus
|
Model siklus I
|
Model siklus II
|
1
|
85-100
|
A
|
Sangat Baik
|
-
|
4
|
11
|
2
|
75-84
|
B
|
Baik
|
5
|
16
|
14
|
3
|
65-74
|
C
|
Cukup
|
7
|
7
|
3
|
4
|
55-64
|
D
|
Kurang
|
12
|
1
|
-
|
5
|
<54
|
E
|
Sangat Kurang
|
4
|
-
|
-
|
Jumlah
|
28
|
28
|
28
|
Tabel 15
Perbandingan ketuntasan nilai rata- rata Pra siklus, siklus I dan siklus II
No
|
Uraian
|
Jumlah Siswa
|
||
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
Rata-Rata
|
||
1
|
Kondisi Awal
|
5 Anak
|
23 Anak
|
62,4
|
2
|
Siklus I
|
20 Anak
|
8 Anak
|
76,4
|
3
|
Siklus II
|
25 Anak
|
3 Anak
|
79,6
|
Perbandingan ketuntasan dan nilai rata- rata
kelas pra siklus, siklus I dan Siklus
II dapat diperjelas
dengan grafik dibawah ini:

Gambar 14.
Perbandingan Ketuntasan dan Nilai Rata- rata
pra siklus, Siklus I,
dan
siklus II
Atas dasar informasi pada tabel 15 dan gambar
14 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) khususnya padapenguasaan kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara ada peningkatan.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat
dinyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn khususnya penguasaan kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut.
pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn khususnya penguasaan kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut.
a. Pembahasan Pra Siklus I
1) Hasil
Belajar
Pada
awalnya siswa kelas
VI, nilai rata-
rata pelajaran PKn rendah khususnya pada
kompetensi Kerja sama Negara-negara Asia
Tenggara. Salah satunya disebabkan
luasnya kompetensi yang harus
dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam
jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru member tes Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 28 siswa
terdapat 5 atau 17,857
% mencapai ketuntasan
belajar dan 23 siswa (82,143%) belum mencapai KKM untuk kompetensi dasar
Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara dengan KKM 75. Sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat
nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 2, dengan rata-rata kelas sebesar
35.
2) Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran pada pra
siklus menunjukkan siswa masih
pasif, karena tidak diberi
respon yang menantang. Siswa masih bekerja
secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa.
Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena
pembelajaran selalu monoton.
b. Pembahasan Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I,
berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan
siklus I diperoleh
keterangan sebagai berikut :
1)
Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa
hasil yang
mencapai nilai A (sangat baik) 4 siswa (14,286 %), B (baik) adalah
16 siswa (57,143 %), C (cukup) 7 siswa (25,000 %), D (kurang) 1
siswa (3,571 %), sedangkan yang
mendapat nilai D (sangat
kurang) tidak ada atau 0% . Berdasarkan ketuntasan
belajar siswa dari
sejumlah 28 siswa terdapat 20 siswa
(71,429%) sudah mencapai ketuntasan
belajar. Sedangkan 8 siswa (28,571%) belum
mencapai ketuntasan. Hasil nilai siklus
I dapat dijelaskan
bahwa perolehan nilai tertinggi
adalah 100 , nilai terendah 60, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,4.
2)
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan
adanya perubahan, meskipun belum semua
siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta antar kelompok.
Hasil
antara kondisi awal
dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum
bisa optimal.
Dari hasil refleksi siklus I disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif learning
model STAD
siswa mengalami peningkatan kenaikan sebesar 22,4%.
Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena ada sebagian siswa
berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok
penilaiannya juga kelompok.
c.
Pembahasan Siklus II
Hasil tindakan
pembelajaran pada siklus II berupa hasil
tes dan non
tes. Hasil observasi
yang dilaksanakan
oleh peneliti diperoleh
keterangan sebagai berikut .
1) Hasil Belajar
Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui yang
mendapatkan nilai sangat baik (A) (39,286%) 11 siswa, nilai baik (B) adalah
(50,000%) 14 siswa. C (cukup)
(10,714%) 3 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Dan nilai rata-rata kelas 79,6
2) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil antara siklus I dengan siklus
II ada perubahan secara
signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . dari hasil tes akhir
siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan
tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I. Dari
sejumlah 28 siswa masih ada 3 siswa yang belum
mencapai ketuntasan, hal ini memang ketiga siswa tersebut
harus mendapatkan pelayanan khusus, namun
sekalipun 3 siswa
ini belum mencapai
ketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalam belajar.
Sedangkan ketuntasan ada peningkatan sebesar 172,00% dibandingkan pada Pra Siklus
3)
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, dapat dilihat dan telah
terjadi peningkatan
pemahaman kerja sama negara-negara Asia
Tenggara pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Bangsalsari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 melalui
penerapan pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD). Peningkatan nilai rata- rata yaitu 62,4 pada kondisi awal menjadi 76,4 pada siklus I
dan menjadi 79,6 pada siklus II.
4) Simpulan
Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran PKn khususnya kompetensi dasar kerja sana negara-negara Asia Tenggara
bagi siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri 03 Bangsalsari kecamatan
Bangsalsari kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 71,429% (20 anak), dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 28,571% (8 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 89,286% (25 anak) dan sebanyak 10, 714% (3 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 76,4 dan rata- rata kelas siklus II 79,6. adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung . Secara keseluruhan rata-
rata kelas mencapai kenaikan sebesar 27,564 % , dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar.400,0%. jika dibandingkan dengan kondisi awal. Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya
menerapkan pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) sesuai
dengan materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan
hasil belajar kompetensi dasar kerja sana negara- negara Asia Tenggara. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang telah didesain terlebih dahulu.
belajar sebanyak 71,429% (20 anak), dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 28,571% (8 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 89,286% (25 anak) dan sebanyak 10, 714% (3 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 76,4 dan rata- rata kelas siklus II 79,6. adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung . Secara keseluruhan rata-
rata kelas mencapai kenaikan sebesar 27,564 % , dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar.400,0%. jika dibandingkan dengan kondisi awal. Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya
menerapkan pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) sesuai
dengan materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan
hasil belajar kompetensi dasar kerja sana negara- negara Asia Tenggara. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang telah didesain terlebih dahulu.
S.
RENCANA KERJA
Penelitian
dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Februari
sampai dengan bulan April 2015. Sebagaimana terperinci seperti pada tabel 1.
Tabel 1.
Pembagian Waktu Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
||||||||||||||
Februari
|
Maret
|
April
|
||||||||||||||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Pengajuan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan rancangan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Analisis hasil siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pelaksanaan siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Analisis hasil siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Perumusan hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
T. DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning.
Jakarta:Grasindo.
Anitah,2008. Strategi Pembelajaran di SD.
Jakarata:Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsini. 1991.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta
BNSP, 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD .
Jakarta:Depdiknas.
BNSP, 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajardi SD .
Jakarta:Depdiknas.
BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan
kompeternsi Dasar Jakarta.: Depdiknas
Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran
dan Penilaian.Siliwangi:HDB
Dahar, RW. 2001. Teori - teori Belajar.
Jakarta:Depdikbud
Dimyati
dan Mudjiono, 1992. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta.:Depdikbud.
Dinas Prop Jateng, 2004.
Model- model Pembelajaran dan Penilaian. Makalah disampaikan pada Bintek Guru SMP bidang studi Fisika
Hadari, Nawawi. 2001. Metodologi
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Hidayat Komarudin.2002.Active Learning. Yogyakarta:Yappendi
Oemar
Hamalik,1993. Metode Mengajar
dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran
efektif, Model pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah disampaikan pada diklat guru kurikulum KBK
di LPMP Jawa Tengah.
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif
kualitatif R & D. Bandung:Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sunarso dan Anis Kusumawardani. 2008.
Pendidikan kewarganegaraan 6: untuk SD/MI kelas VI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Komentar
Posting Komentar