MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS)
MERANCANG STRATEGI
PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS)
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Oleh :
Ainul Yaqin (U20153014)
PRODI BAHASA DAN SASTRA
ARAB
FAKULTAS
USULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
MEI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan taufik dan rahmatnya makalah pelajaran Strategi Pembelajaran untuk Institut Agama Islam Negeri Jember ini dapat kami selesaikan penyusunannya sehingga dapat membantu menambah wawasan bagi para
mahasiswa, dosen serta pembaca pada umumnya.
Makalah “Merancang Strategi Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa ” ini kami susun untuk membantu para mahasiswa dan dosen dalam
penguasaan dan penyampaian materi pelajaran, dengan berpedoman pada standart
kompetensi, kompetensi dasar serta indukator pencapaian hasil belajar.
Penyusun
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama
teman-teman semua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami
yakin bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan
kekurangan dan kekhilafan adalah milik kita oleh karena itu kami harap kepada
para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan
kritik dalam rangka penyempurnaan makalah ini untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hanya
kepada Allah SWT. Kami memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa, dosen, dan pembaca pada umumnya.
Jember, September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I : Pendahuluan.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II : Pembahasan.................................................................................... 3
2.1 Pengertian Strategi pembelajaran .................................................... 3
2.2 Pengertian Strategi Pembelajaran Berorientasi
Siswa (PBAS)........ 4
2.3 Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Dalam Konteks
Standar Proses Pendidikan 6
2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keberhasilan
PBAS.................. 9
2.5 Macam-Macam Strategi Pembelajaran Yang
Berorientasi Pada Aktifitas
Siswa................................................................................................ 13
BAB III : Penutup.......................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 21
Daftar Pustaka................................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemahaman
tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran
adalah hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional
terhadap pembelajaran. Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan
tentang metode atau prosedur dan tekhnik yang digunakan selama proses
pembeljaran berlangsung.
Pemilihan
strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat
memilih kegiatan pengajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan
pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Namun, harus diingat bahwa tidak
ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi
yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh karena
itu, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan pengajar dalam memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik
peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Strategi
pembelajran yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar bertitik tolak dari
tujuan awal pembelajaran. Dengan demikian, penerapannya pun harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat keselarasan antara
tujuan dan pelaksanaan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah mengenai strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian dari strategi?
2.
Apakah pengertian dari strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
3.
Apakah prinsip-prinsip pembelajaran
berorientasi siswa?
4.
Apakah faktor yang mempengaruhi
pembelajaran pada aktivitas siswa?5.
5.
Apakah macam-macam dari strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari rumusan kerangka di atas adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
strategi
2.
Untuk mengetahui pengertian
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
3.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip
pembelajaran berorientasi siswa
4.
Untuk mengetahui faktor apa saja
yang memengaruhi pembelajaran pada aktivitas siswa
5.
Untuk mengetahui macam-macam metode
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar
acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).[1]
Dengan
demikian strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan atau
kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu,
serta kemudahan secara optimal.
Adapun
ciri-ciri strategi menurut stoner dan sirait adalah sebagai berikut:
1)
Wawasan waktu, meliputi cakrawala
waktu yang jauh kedepan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
2)
Dampak, walaupun hasil akhir dengan
mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama,
dampak akhir akan smagat berarti
3)
Pemusatan upaya, sebuah strategi
yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian
terhadap rentan saran yang sempit.
4)
Pola keputusan, kebanyakan strategi
mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepnajang waktu.
Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu
pola yang konsisten.
5)
Peresapan, sebuah strategi mencakup
sesuatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya
smapai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang
waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi
bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.
Dengan dimikian
strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan atau kaidah-kaidah
unutk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga,waktu, serta kemudahan
secara optimal. Apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi
adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu,yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalamanbelajar kepada siswa. Startegi belajar mengajar
tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk di dalamnya
materi atau paket pengajarannya.
Strategi
belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur
yang akan diguakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi belajar mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan
tertentu yang cocok denagn tujuan yang akan dicapai. Setiap tingkah laku yang
dipelajari harus dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran
berbeda satu sama lain, jenis kegiatan harus dipraktikkan oleh siswa memerlukan
persyaratan yang berbeda pula.[2]
2.
Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
Dalam standar proses penddikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai
subyek belajar. Denagn kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi
pada aktivitas siswa.
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada
aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan
merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan
intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses
pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh
potensi yang dimilki anak didik. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada
dasarnya adalah: (a) interaksi manusia; (b) peminaan dan pengembangan potensi
manusia; (c) berlangsung sepanjang hayat; (d) kesesuaian denagn kemampuan dan
tinkat perkembangan siswa; (e) keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan
kewibawaan guru; dan (f) peningkatan kualitas hidup manusia.
Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: (a)
siswa bukanlah ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap
perkembangan: (b) setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda: (c) anak
didik pada dasarnyaadalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam
menghadapi lingkungannya: (d) anak didik emmilk motivasi untuk memenuhi
kebutuhannya. Asumsi tersebut menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek
yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki
potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan
seluruh potensi yang dimilki anak didik itu.
Ketiga, asumsi tentang guru adalah: (a) guru bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar peserta didik; (b) guru memiliki kemampuan
profesional dalam mengajar; (c) guru mempunyai kode etik keguruan; (d) guru
memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar yang memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar.
Keempat, asumsi yang bekaitan dengan proses pengajaran adalah (a)
bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu isistem;
(b) peristiwa belajara kana terjadi manakala ank didik berinteraksi denagn
lingkungan yang diatur oleh guru; (c) proses pengajaran akan lebih aktif
apabila menggunakan metode dan tekhnik yang cepat dan berdaya guna; (d)
pengajaran memberikan tekanan kepada proses dan produk secara seimbang; (e)
inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.
Dalam pandangan
psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau
informasi, akan tetapi peritiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena
itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional
siswa melalui asimilasi dan akomodsi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,
tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan
(motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap.[3]
3.
Prinsip-Prinsip
Penggunaan Strategi Pembelajaran Dalam Konteks Standar Proses Pendidikan
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunsksn strategi pembelajaran.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak smua strategi
pembelajaran cocok digunakan unutk mencapai smua tujuan dan semua keadaan.
Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu, guru perlu
memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sbb:
1.
Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem
pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan
siswa, mestilah diupayakanuntuk menacapai tujuan yang telah ditentukann. Ini
sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Aktivitas
Belajar
bukanlah manghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat;
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena
itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak
dimaksudkan pada aktivitas fisik, akan tetai juga meliputi aktivitas bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru
sering lupa dengan hal ini. Banyak gitu yang terkecoh oleh sikap siswa yang
pura-pura aktif sebenarnya tidak.[4]
3.
Individualitas
Mengajar adalah
usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada
sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan
perilaku setiap siswa. Sama seperti seorang dokter. Dikatakan seorang dokter yang
jitu dan profesional manakala ia menangani 50 orang pasien, seluruhnya sembuh
dan dikatakan dokter yang tidak baik manakala ia menangani 50 pasien, 49
sakitnya bertambah parah atau malah mati. Demikian juga halnya dengan guru,
dikatakan guru yang baik dan profesional manakala ia menangani 50 orang siswa,
seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan sebalinya, dikatakan guru yang tidak
baik atau tidak berhasil manakala ia menangani 50 orang siswa, 49 tidak
berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu , dilihat dari segi
jumlah siswa sebaikya standar keberhasilan guur dtentukan setinggi-tingginya.
Emakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin berkualitas proses
pembelajaran.
4.
Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai
usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan
kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif
dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Sedangkan prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai
berikut:
1.
Interaktif
Prinsip
interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya menyampaikan pengetahuan
dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur
lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Denagn demikian, proses
pembelajaran adalah proses interaksi baik anatar guru dan siswa, anatar siswa
dan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi,
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual. [5]
2.
Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang
memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan
proses pemecahan masalah dlam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat
mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba
dna mengujinya. Oeh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang
dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan
inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang
bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
3.
Menyenangkan
Proses pembelajran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh
potensi siswa. Seluruh potensi itu mngkin dapat berkembang manakala siswa
terbebas dari ras takut , dan mnengangkan. oleh karena itu perlu diupayakan
agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses
pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan. Pertama, denagn menata ruangan
yang bagus dan menarik, yaitu yang memnuhi unsur kesehatan, misalnya pengaturan
cahaya, ventilasi dsb. Serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembokyang
segar dan bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya siswa yang tertata,
pas bunga dsb. Kedua, mellalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan
bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan
sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa.[6]
4.
Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantangsiswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
Kemampuan tersebutdapat diitumbuhkan denagn cara mengembangkan rasa ingin tahu
siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secra intuitif atau
bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan oleh guru harus dapat
merangsang siswa untuk berpikir dan melakukan. Apabila guru akan melakukan
informasi, hendaknyahendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang
siap “ditelan”siswa, akan tetapi informasi yang mampu membangkitkan siswa untuk
mau “mengunyahnya”, untuk memikirkannya sebelum ia ambil kesimpulan. Untuk itu
dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru memeberikan informasi yang “meragukan”,
kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
5.
Motivasi
Motivasi adalah
aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi,
tidak mungkin siswa memilki kemauan belajar. Oleh karena itu, emmbangkitkan
motivasi metupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses
pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan ssiwa
untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam
diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan. Siswa yanag merasa butuh akan
bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu dalam
rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkkan pentingnya
pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan
belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi
didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4.
Faktor Yang
Memengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Berorientasi Pada Aktivitas Siswa
Keberhasilan
penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya:
a.
Guru
dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak
yang sangat menentukan keberhasilan penerapan PBAS, karena guru merupakan orang
yang berhadapan langsung dengan siswa.
Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari
sudut guru, yaitu kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang
pendidikan guru, dan pengalaman mengajar.[7]
1)
Kemampuan guru
Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat memengaruhi
keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan PBAS. Guru yang memiliki kemampuan
yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan
mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk
membelajarkan siswa.
Kemampuan guru itu bukan hanya dalam tataran desain perencanaan
pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses dan evaluasi pembelajaran. Dalam
aspek pembelajaran misalnya, guru dituntut untuk mampu mendesain perencanaan
yang memungkinkan secara terbuka siswa dapat belajar sesuai minat dan bakatnya,
seperti merumuskan tujuan pembelajaran, kemampuan menyusun dan menyajikan
materi atau pengalaman belajar siswa, kemampuan untuk merancang desain
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kemampuan untuk
menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar, serta kemampuan
menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran.
2)
Sikap profesional guru
Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi
dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesional selamanya akan
berusaha mencapai hail yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil
yang telah dicapai. Oleh karenanya ia akan selalu belajar untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya,
misalnya dengan melacak berbagai sumber belajar, melalui kegiatan membaca,
mengikuti kegiatan ilmiah seperti televisi, radio, komputer sampai pada
internet. Penerapan PBAS sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas
siswa secara penuh dalam rangka mencapai
tujuan pembelajran, akan sangat dipengaruhi oleh tingkat profesional guru. PBAS
tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memilki motivasi yang
rendah.[8]
3)
Latar belakang pendidikan dan
pengalaman mengajar guru
Latar penddikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat
memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan pendidikan yang luas terhadap
variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak,
pemahaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajara siswa, pemahaman tentang
berbagai model, dan metode pembelajaran.
Guru yang memiliki pemahaman tentang psikologi anak akan ditandai
dengan perasaan menghargai terhadap seluruh usaha siswa. Dengn demikian ia tidak akan menempatkan
siswa sebagai objek yang harus dijejali dengan materi pembelajaran, akan tetapi
ianakan memandang siswa sebagai subjek belajar yang memilki potensi untuk
dikembangkan sehingga ia akan mendesain proses pembelajaran yang dapat
mendorong siswa aktif dan kreatif dalam proses pengalaman belajar.
Demikian juga halnya denagn pengalamn mengajar. Guru yang telah
memilki jam terbang mengajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal
berbagai hal yang berkiatan dengan proses pembelajaran.
b.
Sarana belajar
Keberhasilan implementasi PBAS juga dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana belajar. Yang termasuk sarana ketersediaan itu meliputi
ruang kelas dan setting unutk tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
1)
Ruang kelas
Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan memengaruhi
kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga halnya dengan penataan kelas.
Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa ada gambar yang menyegarkan,
ventilasi yang kurang memadai, dan sebagainya akan membuat siswa cepat lelah
dan tidak bergairah dalam belajar.
Yang juga harus diperhatikan dalam penataan ruang kelas adalah
desain temapt duduk siswa. PBAS yang menghendaki siswa aktif dalam belajar,
sebaiknya tempat duduk tidak bersifat statis, tetapi seharusnya dinamis.
Artinya, tempat duduk didesain agar dapat di pindah-pindah sehingga bisa
digunakan sesuai dengan kebutuhan pemebelajaran.[9]
2)
Media dan sumber belajar
PBAS merupakan pendekata pembelajaran yang menggnakan multimedia
dan multimetode. Artinya, melalui PBAS siswa memungkinkan unutk belajar dari
berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku,
majalah, surat kabar, bulrtin dan lain-lain. Atau dari media elektronik seperti
radio, televisi, film slide, video, komputer, atau mungkin internet. Oleh
karena itu, keberhasilan penerapan PBAS akan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.
c.
Lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat memengaruhi
keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang termasuk ke dlam faktor lingkungan belajar,
yaitu lngkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi
keadaan dan kondisi sekolah. Misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan,
kantin, kamar kecil yang tersedia, serta dimana lokasi sekolah itu berada.
Apabila sekolah berada di dekat terminal atau pasar yang bising, tentu saja
akan memengaruhi kenyamanan anak dalam belajar.
Yang termasuk dalam lingkungan fisik ini adalah keadaan dan jumlah
guru. Keadaan guru misalnya kesesuaian
bidang studi yang melatar belakangi pendidikan guru dengan mata
pelajaran yang diberikannya. Seorang guru lulusan pendidikan tekhnik misalnya
akan memengaruhi kenerjanya manakala ia
mengajar bidang olahraga. Demikian juga
halnya dengan seorang yang tidak pernah belajar ilmu keguruan tidak akan
optimal manakala harus mengajar di depan kelas, bagaimanapun hebatnya kualitas
orang tersebut.
Yang dimaksud dengan lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang
ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya, keharmonisan hubungan antara guru
denag guru, antara guru denga kepala sekolah, termasuk keharmonisan pihak
sekolah dengan orang tua. PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang
memerlukan usaha dari setiap oarang yang terlibat. Oleh karena itu, tidak
mungkin PBAS dapat diimplementasikan dengan sempurna manakala tidak terjalin
hubungan yang baik antara semua pihak yang terlibat. [10]
5.
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi
edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan
oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk
menciptakan proes belajar mengajar.
Metode pembelajaran menekankan proses belajar siswa secara aktif
dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran tentunya harus menghindari
uapaya penuangan ide kepada siswa. Guru harusnya memikirkan cara (metode) yang
membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing. yang aktif pula.
Pembelajaran mempunyai
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada suatu metode pembelajaran pun
yang dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode pembelajran dapat
dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun tidak ampuh untuk situasi lain. Oleh
karena itu, sering terjadi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode pembeljaran secara bervariasi.akan tetapi, dapat pula suatu metode
pembelajaran, dilaksanakan secara berdiri sendiri. Hal ini bergantung pada
pertimbangan situasi belajar mengajar yang relevan. Untuk menerapkan suatu
metode pembelajaran yang relevan dengan situsi tertentu, guru harus memahami
keadaan metode pembelajaran tersebut, baik keampuhan maupun tata caranya. [11]
1.
Metode
Studi kasus
Metode
ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian
siswa diberi tugas mencari alternatif pemecahannya. Metode ini dapat di
kembangkan atau di tetapkan pada siswa, manakala siswa memiliki pengetahuan
awal tentang masalah ini.
Metode
ini memiliki keterbatasan berikut:
a)
Mendapat
kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan
sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa;
b)
Mengembangkan
kasus sangat mahal.
Kelebihan metode studi kasus:
a)
Studi
kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang sepesifik, unik dan hal-hal yang amat
mendetail yang tidak dapat di ungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu
mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi ada adanya natural.
b)
studi
kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, susana
kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan
studi yang tidak dapat di tangkap oleh penelitian kuntitatif yang sangat ketat.
Kekurangan metode studi
kasus:
a)
Dari
kacamata penelitian kualitatif, studi kasus di persoalkan dari faliditas, reliabilitas
dan gen eralisasi.
2.
Metode
Insiden
Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, tetapi siswa
dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau
peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada mereka tentang kejadian dan peristiwa tersebut. data ini sudah
tersedia di sekolah dan ada pada guru maka guru mempersiapkan data itu untuk
diberikan kepada siswa yang membutuhkannya.[12]
3.
Metode
Praktikum
Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan
arahan, aba-aba, petunjuk pelaksanaanya.kegiatan ini berbentuk praktik dengan
mempergunakan alat-alat tertentu.
Kelebihan metode praktikum:
a)
metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebnaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku.
b)
anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
Kekurangan metode praktikum:
a)
tidak
cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan eksperimen.
b)
jika
eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama,ank didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
4.
Metode
Proyek
Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untuk
dikerjakan secara individual. siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti.
kemudian, diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan kepadanya dalam
bentuk makala. metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.
Kelebihan metode proyek:
a)
Dapat
merombak
b)
Melalui
metode ini,anak didik di bina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan dengan terpadu yang di harapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode proyek:
a)
Kurikulum
yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum
menunjang pelaksanaan metode ini.
b)
Organisasi
bahan pelajaran,perencanaan,dan pelaksanaan metode ini sukar dan memperlukan
keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum di siapkan untuk ini.[13]
5.
Metode
Simposium
Metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pemicara
dalam berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu. materi-materi
tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya. setelah itu, siswa dapat
menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara.
Sebuah simposium hampir menyerupai panel karena simposium harus
terdiri atas beberapa pembicara, sedikitnya dua orang.akan tetapi, simosium
berbeda dengan panel di dalam cara pembahasan personal. sifatnya lebih formal. seorang
anggota simposium terlebih dahulu menyiapkan pembicaraanya menurut satu titik
pandangan tertentu.terhadap sebuah persoalan yang sama diadakan pembahasan dari
berbagai sudut pandangan dan disoroti dari titik tolak yang berbeda-beda.
Kelebihan metode simposium:
a)
Dapat
di pakai pada kelompok besar maupun kecil.
b)
dapat
menyampaikan informasi dalam waktu yang singkat.
Kekurangan
metode simposium:
a)
Kurang
spontanitas dan kreativitas.
b)
kurang
interaksi dari kelompok dan hanya menekankan pada pokok pembicaran.
6.
Metode
Seminar
Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelomok siswa untuk
membahas topik dan masalah tertentu. setiap anggota kelompok seminar dituntut
untuk berperan aktif, dan mereka dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan
solusi dari topik dan masalah yang dipecahkannya.guru bertindak sebagai
narasumber. tidak jarang, seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.
Kelebihan metode seminar:
a)
peserta
mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang masalah yang di
seminarkan.
b)
peserta
mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya.
Kekurangan metode seminar:
a)
Memerlukan
waktu yang lama
b)
peserta
menjadi kurang aktif
7.
Metode
Tutorial
Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang
telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara
mandiri.siswa dapat mengonsultasikan masalah-masalah dan kemajuan yang ditemui
siswa secara periodik.metode ini biaanya dilakukan pada SLTP terbuka, paket B, C,
dan belajar jarak jauh dengan tatap muka yang terjadwal.
8.
Problem
Solving
Metode Problem Selving (metode pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Adanya
masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
b)
Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, denagn jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dll.
c)
Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu didasarkan
kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
d)
Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa ini harus
berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali
tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan
metode-metode lainnya. Seperti demonstrasi, tugas diskusi, dll
e)
Menarik
kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi.
Metode problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
Kelebihan metode problem solving:
a)
Setiap
siswa diberi kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya sehingga para
siswa merasa lebih dihargai dan akan tumbuh rasa percaya diri
b)
Para
siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
c)
Untuk
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
Kekurangan
metode problem solving:
a)
Karena
tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, terkadang penguasaan materi
sering diabaikan
b)
Metode
ini sering menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pandapat secara lisan[14]
9.
Metode
Deduktif
Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang
prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapan atau
contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teori ke bentuk
realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang bersifat
khusus.
Metode ini tepat dipergunakan apabila:
a.
Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang
dipelajari;
b.
Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis, dan
bidang yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis;
c.
Pengajaran
mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang
baik;
d.
Waktu
yang tersedia sedikit.
Kelebihan
metode deduktif:
a)
Tidak
memerlukan banyak waktu.
b)
sifat
dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau
masalah yang konkrit.
Kekurangan
metode deduktif:
a)
Siswa
sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pelajaran.hal ini
disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
10. Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh,
atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian, siswa
dibimbing untuk berusaha keras menyintesiskan, merumuskan, atau menyimpulkan
prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini disebut metode discovery atau
socrates.[15]
Metode ini tepat digunakan apalagi:
a)
siswa
telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata
pelajaran tersebut;
b)
materi
yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan,
dan pengambilan keputusan;
c)
guru
mempunyai keterampilan flexsibel,terampil mengajukan pertanyaan, terampil
mengulang pertanyaan, dan sabar;
d)
waktu
yang tersedia cukup panjang.
Kelebihan
metode induktif:
a)
Memberikan
kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu
konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
b)
Murid
memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh, kalau terjadi keraguan
mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
Kekurangan
metode induktif:
a)
memerlukan
banyak waktu.
b)
kadang-kadang hanya sebagian siswa
yang terlibat secara aktif.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Dalam standar proses penddikan,
pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran
menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Denagn kata lain, pembelajaran
ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.
·
Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi
Pembelajaran Dalam Konteks Standar Proses Pendidikan yaitu berorientasi pada
tujuan, aktivitas, individualitas, integritas, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, motivasi
·
Keberhasilan penerapan PBAS dalam
proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: guru,
sarana belajar, dan lingkungan belajar
·
Beberapa metode yang digunakan unutk
mengimplementasikan strategi pelajaran sbb: metode studi kasus, insiden,
praktikum, proyek, problem solving,
tutorial, supposium, seminar, deduktif, induktif
DAFTAR PUSTAKA
Bahri,saiful,2010.strategi belajar mengajar,jakarta:PT rineka cipta
Hamdani,2011.strategi belajar mengajar,bandung,cv pustaka setia
Sanjaya,wina, strategi pembelajaran,2006. Jakarta:kencana
prenamedia group
Ngalimun,2014.Strategi dan Model Pembelajaran,Sleman Yogyakarta
[1] Ngalimun,Strategi
dan Model Pembelajaran,Sleman Yogyakarta:2014,hlm 1
[2]
Hamdani,strategi belajar mengajar,bandung:cv pustaka setia,2011,hlm:19
[3] Sanjaya wina,
strategi pembelajaran, Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:135
[4] Sanjaya wina, strategi pembelajaran,
Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:131
[5] Sanjaya wina, strategi pembelajaran,
Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:133
[6] Sanjaya wina,
strategi pembelajaran, Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:
[7] Sanjaya wina, strategi pembelajaran,
Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:143
[8] Sanjaya wina,
strategi pembelajaran, Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:144
[9] Sanjaya wina,
strategi pembelajaran, Jakarta:kencana prenamedia group,2006,hlm:145
[11] Hamdani,strategi
belajar mengajar,bandung:cv pustaka setia,2011,hlm:
[12] Hamdani,strategi
belajar mengajar,bandung:cv pustaka setia,2011,hlm:
[13]
Hamdani,strategi belajar mengajar,bandung:cv pustaka setia,2011,hlm:
[14]
Bahri,saiful,strategi belajar mengajar,jakarta:PT rineka cipta,2010
[15] Hamdani,strategi
belajar mengajar,bandung:cv pustaka setia,2011,hlm:
Komentar
Posting Komentar