MAKALAH INTERAKSI EDUKATIF SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN
INTERAKSI EDUKATIF SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Oleh
Ainul
Yaqin (U20153014)
PRODI
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS
USULUDDIN, ADAB DAN HUMAIORA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) JEMBER
SEPTEMBER
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis penjatkan ke hadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayahNya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa
kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.
Makalah yang
berjudul Interaksi Edukatif Sebegai Proses Pembelajaran, di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran. Dalam penulisan makalah ini penulis di
bantu oleh dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengajari saat proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada bapak Dr.Mashudi,M.Pd. sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Strategi Pembelajaran yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan – kekurangan yang harus di perbaiki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konsumtif sangat penulis harapkan. Akhirnya, mudah –
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan. Sekian jika ada salah kata mohon maaf yang
sebesar – besarnya, dan disampaikan terimakasih.
Jember, 1
September 2016
Penulis ,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar
Belakang.............................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................... 1
C.
Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.
Pengertian
Interaksi Edukatif....................................................... 3
B.
Ciri
– ciri Interaksi Edukatif......................................................... 4
C.
Komponen
– komponen Interaksi Edukatif.................................. 5
D.
Prinsip
– prinsip Interaksi Edulatif............................................... 7
E.
Tahap
– tahap Interaksi Edukatif.................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Interaksi
yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi
interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi
edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk
mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok
adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan
interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan
melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat
memunculkan berbagai interaksi belajar.
Belajar
mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam
prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya.
Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara
dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan
rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa . Interaksi
edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah
pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang
bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam
ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran
hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian interaksi edukatif?
2.
Apa
saja ciri – ciri interaksi edukatif?
3.
Apa
saja komponen - komponen dalam interaksi
edukatif?
4.
Bagaimana
prinsip – prinsip dalam interaksi
edukatif?
5.
Bagaimana
tahap – tahap dalam interaksi edukatif?
C.
TUJUAN
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
menginformasikan dan menjelaskan masalah interaksi edukatif. Secara khusus
makalah ini akan menginformasikan dan menjelaskan hal – hal sebagai berikut.
1)
Pengertian
interaksi edukatif
2)
Ciri
– ciri interaksi edukatif
3)
Komponen
– komponen interaksi edukatif
4)
Prinsip
– prinsip dalam interaksi edukatif
5)
Tahap
– tahap interaksi edukatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Atau dapat juga dikatakan interaksi
edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik,
untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.[1]
Dengan
konsep tersebut muncullah istilah guru dan anak didik. Keduanya berada dalam
interaksi edukatif dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda, namun
bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik ke
arah kedewasaan susila yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha mencapai tujuan itu dengan
bantuan dan pembinaan dari guru.
Interaksi
edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah
pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang
bermakna dan kreatif. Karena itu interaksi edukatif adalah suatu gambaran
hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam
ikatan tujuan pendidikan. (Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985: 47).
Proses
interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma. Semua
norma itu harus guru transfer kepada anak didik. Karena itu, sangatlah wajar
jika interaksi edukatif tidak berproses pada kehampaan tetapi penuh makna.
Dengan
begitu dapat disimpulkan bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah
antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
B.
CIRI – CIRI INTERAKSI EDUKATIF
Sebagai
interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:[2]
a.
Interaksi
edukatif memiliki tujuan
Tujuan interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif sadar akan
tujuan dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur
lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
b.
Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan
interaksi dibutuhkan prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin
akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda.
c.
Interaksi
edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
Dalam hal materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen
pengajaran yang lain. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum
berlangsungnya interaksi edukatif.
d.
Ditandai
dengan aktivitas anak didik
Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka
aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi
edukatif. Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental
aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.
e.
Guru
berperan sebagai pembimbing
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif
yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses
interaksi edukatif, sehingga guru akan merupakan totoh yang dilihat dan ditiru
tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (lebih baik bersama anak didik) sebagai
desainer akan memimpin terjadinya interaksi edukatif.
f.
Interaksi
edukatif membutuhkan disiplin
Disiplin dalam hal ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru
maupun pihak anak didik. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau
tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah
yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan
dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g.
Memiliki
batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus
sudah tercapai.
h.
Diakhiri
dengan evaluasi
Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian
penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui
tercapai atau tidak tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
C.
KOMPONEN – KOMPONEN
Sebagai suatu sistem tentu saja interaksi edukatif
mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, alat, sumber, dan evaluasi. [3]
1.
Tujuan
Tujuan yang tidak pernah absen dari
agenda kegiatan guru dalam memprogramkan kegiatan pengajaran adalah pembuatan
tujuan pembelajaran. Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan pasti kemana
kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru
dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang
harus ditinggalkan.
2.
Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, karena
itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan
pelajaran yang akan di sampaikan kepada anak didik.
3.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Semua komponen pengajaran akan berproses di dalamnya. Komponen inti yakni
manusiawi, guru, dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas dan tanggung
jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi normatif untuk bersama-sama
mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Metode
Metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan
pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat jarang menggunakan satu
metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode. Karena karakteristik
metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru dituntut untuk
menggunakan metode yang bervariasi. Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan
untuk memilih metode mengajar sebagai berikut:
a.
Tujuan dengan berbagai
jenis dan fungsinya.
b.
Anak didik dengan
berbagai tingkat kemtangannya.
c.
Situasi dengan berbagai
keadaannya.
d.
Fasilitas dengan berbagai
kualitas dan kuantitasnya.
e.
Pribadi guru dan
kemampuan profesinya yang berbeda – beda.
5.
Alat
Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan, alat tidak
hanya sebagai perlengkapan, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha
mencapai tujuan. Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya dipergunakan alat
nonmaterial dan alat material. Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah,
larangan, nasihat, dan sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu
pengajaran berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan,
slide, video, dan sebagainya.
6.
Sumber Pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada di mana-mana seperti di
sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan
sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu,
biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat dipergunakan
sebagai sumber belajar guna kepentingan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data
tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru
dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai
seperangkat instrumen penggali data seperti tes lisan maupun tes tulis.
D.
PRINSIP – PRINSIP INTERAKSI EDUKATIF
Dalam menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik,
dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif. Prinsip yang akan
diuraikan berikut ini sebaiknya guru kuasai dan pahami betul-betul agar
kegiatan interaksi edukatif dapat mencapai tujuannya secara efektif dan
efesien. Prinsip-prinsip tersebut adalah:[4]
1.
Prinsip Motivasi
Dalam
interaksi edukatif tidak semua anak didik termotivasi untuk bidang studi
tertentu. Motivasi anak didik untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda,
ada anak didik yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada
juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru
agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
2.
Prinsip Berangkat dari Persepsi
yang Dimiliki
Setiap anak
didik yang hadir di kelas memiliki latar belakang dan pengalaman dan
pengetahuan yang berbeda. Menyadari akan hal ini guru dapat memanfaatkannya
guna kepentingan pengajaran. Kebingungan yang guru hadapi di antaranya di sebabkan
penjelasan guru yang sukar dipahami oleh sebagian besar anak didik. Hal ini
terjadi karena penjelasan guru yang mengabaikan pengalaman dan pengetahuan yang
bersifat apersepsi dari sifat anak didik.
3.
Prinsip Mengarah kepada Titik pusat Perhatian Tertentu atau
Fokus Tertentu
Pelajaran yang
direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan
bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran
dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian. Titik
pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan,
merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak
ditemukan.
4.
Prinsip Keterpaduan
Salah satu
sumbangan guru untuk membantu anak didik dalam upaya mengorganisasikan
perolehan belajar adalah penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok bahasan
dengan pokok-pokok bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya
dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata pelajaran pendidikan
pancasila, guru menghubungkannya dengan masalah akhlak dalam mata pelajaran
akidah akhlak. Keterpaduan dalam pembahasan dan peninjauan ini akan membantu
anak didik dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiataninteraksi edukatif.
5.
Prinsip Pemecahan Masalah
yang Dihadapi
Masalah perlu
pemecahan, bukan dihindari. Menghindari masalah sama halnya tidak mau membina
diri untuk terbiasa memecahkan masalah. Lain halnya dalam kegiatan interaksi
edukatif, guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak didik
di kelas. Salah satu indikator kepandaian anak didik Banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah
belajar.
6.
Prinsip Mencari,
Menemukan, dan Mengembangkan Sendiri
Anak didik
sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi untuk mencari dan
mengembangkan dirinya. Lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang
potensi anak didik tersebut. Dalam rangka ini guru tidak perlu berdaya upaya
menjejali anak didik dengan segudang informasi, sehingga membuat anak didik
kurang kreatif dalam mencari dan menemukan informasi ilmu pengetahuan yang ada
dalam buku-buku bacaan.
7.
Prinsip Belajar Sambil
Bekerja
Belajar verbal
terkadang kurang membawa hasil bagi anak didik. Karena itulah dikembangkan
konsep belajar secara realistis, atau belajar sambil bekerja (learning by
doing). Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
tersimpan di dalam benak anak didik.
8.
Prinsip Hubungan Sosial
Dalam belajar
tidak selamanya anak didik harus seorang diri, tetapi sewaktu-waktu anak didik
harus juga belajar bersama dalam kelompok. Konsepsi belajar seperti ini
dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan.
Terlepas dari perbuatan “nyontek” ketika ulangan, dengan melakukan perbuatan
kerjasama dalam keburukan. Kerja sama di sini memberikan kesan bahwa kondisi
sosialisasi juga diciptakan di kelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak
didik dengan anak didik lainnya dalam belajar.
9.
Prinsip Perbedaan
Individual
Ketika guru
hadir di kelas, guru akan berhadapan dengan anak didik dengan segala perbedaan.
Perbedaan ini perlu guru sadari sehingga guru tidak akan terkejut melihat
tingkah laku dan perbuatan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan
yang lainnya. Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik itu adalah
dari segi biologis, intelektual, dan psikologis
E.
TAHAP – TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
Cornners mengidentifikasikan tugas mengajar guru menjadi tiga tahap
yang bersifat suksestif. Tahap tersebut adalah: tahap sebelum mengajar (pre-active),
tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).[5]
Berikut ini uraian apa yang harus diperbuat guru dalam masing –
masing tahap mengajar:
1.
Tahap
sebelum mengajar
Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan
kurikulum, program semester, program satuan pelajaran dan perencanaan program
mengajar. Dalam merencanakan program tersebut diatas maka perlu dipertimbangkan
aspek–aspek yang berkaitan dengan:
a.
Bekal
Bawaan Anak Didik
Bekal
bawaan anak didik sebagai apresiasi anak didik perlu guru perhatikan. Setiap
anak didik membawa bahan apresiasi yang berbeda – beda. Bahan yang dipersiapkan
guru harus tidak jauh dari pengalaman dan pengetahuan yang anak didik punyai
sehingga, anak didik bisa menyerap dengan mudah penjelasan yang diberikan oleh
guru dikelas.
b.
Perumusan
Tujuan Pembelajaran
Perumusan
tujuan pembelajaran wajib guru lakukan guna memberikan arah yang jelas kemana
kegiatan interaksi edukatif dibawa. Perumusan tujuan pembelajaran yang harus
dilakukan oleh guru tidak sembarangan, tetapi bertumpu pada tiga ranah yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah ini akan terlihat jika
anak didik sudah mampu memproses dan menerapkan perolehannya kedalam situasi
lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan kehidupan nyata.
c.
Pemilihan
Metode
Metode
adalah cara yang digunakan dalam pengajaran.Sebagai strategi, metode ikut
memperlancar ke atas pencapaian tujuan pembelajaran, Peranan metode ini akan
nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak
dicapai oleh tujuan pembelajaran.
d.
Pemilihan
Pengalaman – Pengalaman Belajar
Pengalaman yang diberikan
kepada anak didik harus dipikirkan secara matang oleh guru karena
apabila guru memberikan pengalaman yang negatif akan berkesan dalam jiwa anak
didik. Penampilan seorang guru juga harus diperhatikan karena guru menjadi
objek perhatian anak didik yang bisa saja akan ditiru oleh anak didik.
e.
Pemilihan
Bahan dan Peralatan Belajar
Dalam pemilihan materi yang akan disampaikan kepada anak didik
haruslah dapat diterima sesuai dengan pemahaman anak didk bukan memberikan
materi yang sulit diterima atau dicerna oleh anak didik. Bahan pelajaran yang
dipilih oleh guru berasal dari buku paket dan ditambah buku penunjang lainnya.
Peralatan belajar juga dibutuhkan oleh anak didik untuk mempercepat
pemahaman anak didik terhadap materi yang disampaikan.
f.
Mempertimbangkan
Jumlah dan Karakteristik Anak
Jumlah peserta didik dalam kelas sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar karena semakin banyak jumlah peserta didik didalam makan akan
membuat kelas kurang kondusif dan akan dengan
mudah terjadi konflik antar anak didik, sebaliknya jika jumlah anak didk
lebih sedikit maka akan lebih mudah dalam mengondisikan kelas.
Dalam kelas setiap anak didik memiliki karakteristik yang berda –
beda meskipun mereka berasal dari ayah dan ibu yang sama belum tentu mereka
memiliki karakteristik yang sama. Jadi guru jangan berkesimpulan bahwa setiap
anak didik memiliki kepribadian yang sama dan tidak ada perbedaan sedikitpun.
g.
Mempertimbangkan
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia
Jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran ada yang sama dan
ada yang berbeda. Perbedaan jumlah jam pelajaran akan mempengaruhi pertimbangan
guru terhadap pemakaian dan pembagian jam pertemuan dikelas. Masalah waktu akan
berhubungan dengan kedisiplinan belajar karena apabila ada guru yang mengajar
melebihi batas waktu yang ditentukan maka akan merugikan guru lain yang
mengajar pada jam berikutnya. Jika guru telah mempertimbangkan jumlah jam
pelajaran yang tersedia maka guru tersebut bisa mempersiapkan bahan pelajaran
yang sesuai dengan waktu yang diberikan.
h.
Mempertimbangkan
Pola Pengelompokan
Dalam interaksi edukatif tidak selamanya anak didik belajar
sendiri-sendiri oleh karena itu diperlukan pembagian kelompok belajar. Dalam
pemilihan kelompok bisa didasarkan atas perbedaan individual anak didik,
seperti perbedaan biologis, intelektual ataupun psikologis.
i.
Mempertimbangkan
Prinsip – Prinsip Belajar
Belajar adalah berubah.[6]
Perubahan dalam belajar akan dirasakan setelah berakhirnya kegiatan belajar.
Agar perubahan itu tercapai maka harus
memperhatikan prinsip – prinsip belajar.
2.
Tahap
Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, siswa dalam kelompok atau secara individual. Rentangan
interaksi ini berada diantara dua kutub yang ekstrem, yaitu suatu kegiatan yang
berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pengajaran
ini adalah:
a.
Pengelolaan
dan Pengendalian Kelas
b.
Penyampaian
Informasi
c.
Penggunaan
Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal
d.
Tanggapan
Balik dari Anak Didik
e.
Mempertimbangkan
Prinsip – Prinsip Belajar
f.
Mendiagnosis
Kesulitan Belajar
g.
Mempertimbangkan
Perbedaan Individual
h.
Mengevaluasi
Kegiatan Interaksi
3.
Tahap
Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap
muka dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudah
mengajar, antara lain:
a.
Menilai
Pekerjaan Anak Didik
Penilaian adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan
pekerjaan yang guru harus lakukan setelah pengajaran. Untuk menilai berhasil
tidaknya pengajaran yang dilakukan oleh guru. Penilaian bisa dilakukan dengan
guru mengadakan tes kepada anak didik bisa berupa tes tulis atau tes lisan.
b.
Menilai
Pengajaran Guru
Penilaian guru juga harus dilakukan oleh guru sendiri. Disini
kejujuran penilaian dituntut dari guru. Penilaian diarahkan pada aspek antara
lain gaya – gaya mengajar, struktur penyampaian, bahan pembelajaran, penggunaan
metode, ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, ketepatn pemakaian alat dan
alat bantu pengajaran.
c.
Membuat
Perencanaan untuk Pertemuan Berikutnya
Membuat
perencanaan pengajaran tidak semau guru
tetapi harus memperhatikan hasil penilaian pekerjaan anak didik dan hasil
penilaian pengajaran guru.
Komponen
– komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengajaran adalah
ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, keseuaian bahan dengan tujuan
pembelajaran, pemilihan metode yang akurat, dan pemakaian prosedur, jenis dan
alat evaluasi yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Interaksi
edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik,
untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
2.
Interaksi
edukatif memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a.
Interaksi
edukatif memiliki tujuan
b.
Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
c.
Interaksi
edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
d.
Ditandai
dengan aktivitas anak didik
e.
Guru
berperan sebagai pembimbing
f.
Interaksi
edukatif membutuhkan disiplin
g.
Memiliki
batas waktu
h.
Diakhiri
dengan evaluasi
3.
Komponen – komponen dalam interaksi edukatif
meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
sumber, dan evaluasi.
4.
Prinsip – prinsip dalam interaksi edukatif meliputi sebagai berikut:
a.
Prinsip motivasi
b.
Prinsip berangkat dari persepsi
yang dimiliki
c.
Prinsip mengarah kepada
titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
d.
Prinsip keterpaduan
e.
Prinsip pemecahan masalah
yang dihadapi
f.
Prinsip mencari,
menemukan, dan mengembangkan sendiri
g.
Prinsip belajar sambil bekerja
h.
Prinsip hubungan sosial
i.
Prinsip perbedaan individual
5.
Tahap
– tahap guru dalam mengajar meliputi:
a.
Tahap
sebelum mengajar (pre-active),
b.
Tahap
pengajaran (inter-active),
c.
Tahap
sesudah pengajaran (post-active).
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta
[1]
Sardiman,
Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016),
8.
[2] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2010), 15.
[3]
Ibid, 16-21.
[4]
Ibid, 63-69.
[5]
J.J.Hasibuan, Proses
Belajar Mengajar (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), 39.
[6]
Ibid, 73.
Komentar
Posting Komentar