MAKALAH INTERAKSI EDUKATIF SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN



INTERAKSI EDUKATIF SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran







Oleh

Ainul Yaqin                (U20153014)


PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USULUDDIN, ADAB DAN HUMAIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) JEMBER
SEPTEMBER 2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan ke hadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.
Makalah yang berjudul Interaksi Edukatif Sebegai Proses Pembelajaran, di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran. Dalam penulisan makalah ini penulis di bantu oleh dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengajari saat proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr.Mashudi,M.Pd. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan  motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan – kekurangan yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konsumtif sangat penulis harapkan. Akhirnya, mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan. Sekian jika ada salah kata mohon maaf yang sebesar – besarnya, dan disampaikan terimakasih.

Jember, 1 September 2016

Penulis ,


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang.............................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................... 1
C.     Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    Pengertian Interaksi Edukatif....................................................... 3
B.     Ciri – ciri Interaksi Edukatif......................................................... 4
C.     Komponen – komponen Interaksi Edukatif.................................. 5
D.    Prinsip – prinsip Interaksi Edulatif............................................... 7
E.     Tahap – tahap Interaksi Edukatif.................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa . Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam  ikatan tujuan pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian interaksi edukatif?
2.      Apa saja ciri – ciri interaksi edukatif?
3.      Apa saja komponen - komponen dalam  interaksi edukatif?
4.      Bagaimana prinsip – prinsip dalam  interaksi edukatif?
5.      Bagaimana tahap – tahap dalam  interaksi edukatif?

C.    TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menginformasikan dan menjelaskan masalah interaksi edukatif. Secara khusus makalah ini akan menginformasikan dan menjelaskan hal – hal sebagai berikut.
1)      Pengertian interaksi edukatif
2)      Ciri – ciri interaksi edukatif
3)      Komponen – komponen interaksi edukatif
4)      Prinsip – prinsip dalam interaksi edukatif
5)      Tahap – tahap interaksi edukatif













BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Interaksi edukatif adalah interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Atau dapat juga dikatakan interaksi edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.[1]
Dengan konsep tersebut muncullah istilah guru dan anak didik. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan susila yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru.
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Karena itu interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. (Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985: 47).
Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma. Semua norma itu harus guru transfer kepada anak didik. Karena itu, sangatlah wajar jika interaksi edukatif tidak berproses pada kehampaan tetapi penuh makna.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
B.     CIRI – CIRI INTERAKSI EDUKATIF
Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[2]
a.       Interaksi edukatif memiliki tujuan
Tujuan interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif sadar akan tujuan dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
b.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi dibutuhkan prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda.
c.       Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
Dalam hal materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif.
d.      Ditandai dengan aktivitas anak didik
Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif. Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.
e.       Guru berperan sebagai pembimbing
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga guru akan merupakan totoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (lebih baik bersama anak didik) sebagai desainer akan memimpin terjadinya interaksi edukatif.
f.       Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
Disiplin dalam hal ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g.      Memiliki batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.
h.      Diakhiri dengan evaluasi
Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

C.    KOMPONEN – KOMPONEN
Sebagai suatu sistem tentu saja interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber, dan evaluasi. [3]
1.      Tujuan
Tujuan yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru dalam memprogramkan kegiatan pengajaran adalah pembuatan tujuan pembelajaran. Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.
2.      Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif. Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan di sampaikan kepada anak didik.
3.      Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Semua komponen pengajaran akan berproses di dalamnya. Komponen inti yakni manusiawi, guru, dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas dan tanggung jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi normatif untuk bersama-sama mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode. Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi. Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai berikut:
a.       Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b.      Anak didik dengan berbagai tingkat kemtangannya.
c.       Situasi dengan berbagai keadaannya.
d.      Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e.       Pribadi guru dan kemampuan profesinya yang berbeda – beda.
5.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan, alat tidak hanya sebagai perlengkapan, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan. Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya dipergunakan alat nonmaterial dan alat material. Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu pengajaran berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide, video, dan sebagainya.
6.      Sumber Pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada di mana-mana seperti di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar guna kepentingan  mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7.      Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali data seperti tes lisan maupun tes tulis.
     
D.    PRINSIP – PRINSIP INTERAKSI EDUKATIF
Dalam menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif. Prinsip yang akan diuraikan berikut ini sebaiknya guru kuasai dan pahami betul-betul agar kegiatan interaksi edukatif dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efesien. Prinsip-prinsip tersebut adalah:[4]
1.      Prinsip Motivasi
Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didik termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi anak didik untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
2.      Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Setiap anak didik yang hadir di kelas memiliki latar belakang dan pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Menyadari akan hal ini guru dapat memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran. Kebingungan yang guru hadapi di antaranya di sebabkan penjelasan guru yang sukar dipahami oleh sebagian besar anak didik. Hal ini terjadi karena penjelasan guru yang mengabaikan pengalaman dan pengetahuan yang bersifat apersepsi dari sifat anak didik.
3.      Prinsip Mengarah  kepada Titik pusat Perhatian Tertentu atau Fokus Tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian. Titik pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4.      Prinsip Keterpaduan
Salah satu sumbangan guru untuk membantu anak didik dalam upaya mengorganisasikan perolehan belajar adalah penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok bahasan dengan pokok-pokok bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata pelajaran pendidikan pancasila, guru menghubungkannya dengan masalah akhlak dalam mata pelajaran akidah akhlak. Keterpaduan dalam pembahasan dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiataninteraksi edukatif.
5.      Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Masalah perlu pemecahan, bukan dihindari. Menghindari masalah sama halnya tidak mau membina diri untuk terbiasa memecahkan masalah. Lain halnya dalam kegiatan interaksi edukatif, guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak didik di kelas. Salah satu indikator kepandaian anak didik Banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar.
6.      Prinsip Mencari, Menemukan, dan Mengembangkan Sendiri
Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya. Lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang potensi anak didik tersebut. Dalam rangka ini guru tidak perlu berdaya upaya menjejali anak didik dengan segudang informasi, sehingga membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan menemukan informasi ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku bacaan.
7.      Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Belajar verbal terkadang kurang membawa hasil bagi anak didik. Karena itulah dikembangkan konsep belajar secara realistis, atau belajar sambil bekerja (learning by doing). Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.

8.      Prinsip Hubungan Sosial
Dalam belajar tidak selamanya anak didik harus seorang diri, tetapi sewaktu-waktu anak didik harus juga belajar bersama dalam kelompok. Konsepsi belajar seperti ini dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan. Terlepas dari perbuatan “nyontek” ketika ulangan, dengan melakukan perbuatan kerjasama dalam keburukan. Kerja sama di sini memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga diciptakan di kelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak didik dengan anak didik lainnya dalam belajar.
9.      Prinsip Perbedaan Individual
Ketika guru hadir di kelas, guru akan berhadapan dengan anak didik dengan segala perbedaan. Perbedaan ini perlu guru sadari sehingga guru tidak akan terkejut melihat tingkah laku dan perbuatan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan yang lainnya. Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik itu adalah dari segi biologis, intelektual, dan psikologis

E.     TAHAP – TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
Cornners mengidentifikasikan tugas mengajar guru menjadi tiga tahap yang bersifat suksestif. Tahap tersebut adalah: tahap sebelum mengajar (pre-active), tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).[5]
Berikut ini uraian apa yang harus diperbuat guru dalam masing – masing tahap mengajar:
1.      Tahap sebelum  mengajar
Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Dalam merencanakan program tersebut diatas maka perlu dipertimbangkan aspek–aspek yang berkaitan dengan:
a.       Bekal Bawaan Anak Didik
Bekal bawaan anak didik sebagai apresiasi anak didik perlu guru perhatikan. Setiap anak didik membawa bahan apresiasi yang berbeda – beda. Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak jauh dari pengalaman dan pengetahuan yang anak didik punyai sehingga, anak didik bisa menyerap dengan mudah penjelasan yang diberikan oleh guru dikelas.
b.      Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran wajib guru lakukan guna memberikan arah yang jelas kemana kegiatan interaksi edukatif dibawa. Perumusan tujuan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru tidak sembarangan, tetapi bertumpu pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah ini akan terlihat jika anak didik sudah mampu memproses dan menerapkan perolehannya kedalam situasi lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan kehidupan nyata.
c.       Pemilihan Metode
Metode adalah cara yang digunakan dalam pengajaran.Sebagai strategi, metode ikut memperlancar ke atas pencapaian tujuan pembelajaran, Peranan metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
d.      Pemilihan Pengalaman – Pengalaman Belajar
Pengalaman yang diberikan  kepada anak didik harus dipikirkan secara matang oleh guru karena apabila guru memberikan pengalaman yang negatif akan berkesan dalam jiwa anak didik. Penampilan seorang guru juga harus diperhatikan karena guru menjadi objek perhatian anak didik yang bisa saja akan ditiru oleh anak didik.


e.       Pemilihan Bahan dan Peralatan Belajar
Dalam pemilihan materi yang akan disampaikan kepada anak didik haruslah dapat diterima sesuai dengan pemahaman anak didk bukan memberikan materi yang sulit diterima atau dicerna oleh anak didik. Bahan pelajaran yang dipilih oleh guru berasal dari buku paket dan ditambah buku penunjang lainnya.
Peralatan belajar juga dibutuhkan oleh anak didik untuk mempercepat pemahaman anak didik terhadap materi yang disampaikan.
f.       Mempertimbangkan Jumlah dan Karakteristik Anak
Jumlah peserta didik dalam kelas sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar karena semakin banyak jumlah peserta didik didalam makan akan membuat kelas kurang kondusif dan akan dengan  mudah terjadi konflik antar anak didik, sebaliknya jika jumlah anak didk lebih sedikit maka akan lebih mudah dalam mengondisikan kelas.
Dalam kelas setiap anak didik memiliki karakteristik yang berda – beda meskipun mereka berasal dari ayah dan ibu yang sama belum tentu mereka memiliki karakteristik yang sama. Jadi guru jangan berkesimpulan bahwa setiap anak didik memiliki kepribadian yang sama dan tidak ada perbedaan sedikitpun.
g.      Mempertimbangkan Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia
Jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran ada yang sama dan ada yang berbeda. Perbedaan jumlah jam pelajaran akan mempengaruhi pertimbangan guru terhadap pemakaian dan pembagian jam pertemuan dikelas. Masalah waktu akan berhubungan dengan kedisiplinan belajar karena apabila ada guru yang mengajar melebihi batas waktu yang ditentukan maka akan merugikan guru lain yang mengajar pada jam berikutnya. Jika guru telah mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia maka guru tersebut bisa mempersiapkan bahan pelajaran yang sesuai dengan waktu yang diberikan.
h.      Mempertimbangkan Pola Pengelompokan
Dalam interaksi edukatif tidak selamanya anak didik belajar sendiri-sendiri oleh karena itu diperlukan pembagian kelompok belajar. Dalam pemilihan kelompok bisa didasarkan atas perbedaan individual anak didik, seperti perbedaan biologis, intelektual ataupun psikologis.
i.        Mempertimbangkan Prinsip – Prinsip Belajar
Belajar adalah berubah.[6] Perubahan dalam belajar akan dirasakan setelah berakhirnya kegiatan belajar. Agar perubahan itu tercapai  maka harus memperhatikan prinsip – prinsip belajar.

2.      Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dalam kelompok atau secara individual. Rentangan interaksi ini berada diantara dua kutub yang ekstrem, yaitu suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pengajaran ini adalah:
a.       Pengelolaan dan Pengendalian Kelas
b.      Penyampaian Informasi
c.       Penggunaan Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal
d.      Tanggapan Balik dari Anak Didik
e.       Mempertimbangkan Prinsip – Prinsip Belajar
f.       Mendiagnosis Kesulitan Belajar
g.      Mempertimbangkan Perbedaan Individual
h.      Mengevaluasi Kegiatan Interaksi

3.      Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudah mengajar, antara lain:
a.       Menilai Pekerjaan Anak Didik
Penilaian adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan pekerjaan yang guru harus lakukan setelah pengajaran. Untuk menilai berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan oleh guru. Penilaian bisa dilakukan dengan guru mengadakan tes kepada anak didik bisa berupa tes tulis atau tes lisan.
b.      Menilai Pengajaran Guru
Penilaian guru juga harus dilakukan oleh guru sendiri. Disini kejujuran penilaian dituntut dari guru. Penilaian diarahkan pada aspek antara lain gaya – gaya mengajar, struktur penyampaian, bahan pembelajaran, penggunaan metode, ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, ketepatn pemakaian alat dan alat bantu pengajaran.
c.       Membuat Perencanaan untuk Pertemuan Berikutnya
Membuat perencanaan pengajaran tidak semau  guru tetapi harus memperhatikan hasil penilaian pekerjaan anak didik dan hasil penilaian pengajaran guru.
Komponen – komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengajaran adalah ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, keseuaian bahan dengan tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang akurat, dan pemakaian prosedur, jenis dan alat evaluasi yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.






BAB III
PENUTUP
A.       KESIMPULAN
1.      Interaksi edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
2.      Interaksi edukatif memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a.       Interaksi edukatif memiliki tujuan
b.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
c.       Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
d.      Ditandai dengan aktivitas anak didik
e.       Guru berperan sebagai pembimbing
f.       Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
g.      Memiliki batas waktu
h.      Diakhiri dengan evaluasi
3.      Komponen – komponen dalam interaksi edukatif meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber, dan evaluasi.
4.      Prinsip – prinsip dalam  interaksi edukatif  meliputi sebagai berikut:
a.       Prinsip motivasi
b.      Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
c.       Prinsip mengarah kepada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
d.      Prinsip keterpaduan
e.       Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi
f.       Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
g.      Prinsip belajar sambil bekerja
h.      Prinsip hubungan sosial
i.        Prinsip perbedaan individual
5.      Tahap – tahap guru dalam  mengajar meliputi:
a.       Tahap sebelum mengajar (pre-active),
b.      Tahap pengajaran (inter-active),
c.       Tahap sesudah pengajaran (post-active).






























DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar.        Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi      Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta



[1] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), 8.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), 15.
[3] Ibid, 16-21.
[4] Ibid, 63-69.
[5] J.J.Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), 39.
[6] Ibid, 73.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

isim adad

BATAS AWAL DAN AKHIR PENDIDIKAN

KARAKTERISTIK TES YANG BAIK