CARA PEMILIHAN STRATEGI DAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DALAM PENCAPAIAN STRATEGI PROSES PEMBELAJARAN
CARA PEMILIHAN STRATEGI
DAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
DALAM PENCAPAIAN STRATEGI
PROSES PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Kelompok 3:
Ainul Yaqin (U20153014)
PRODI
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
MEI 2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa kabar gembira umat yang bertaqwa.
Makalah yang berjudul Cara Pemilihan Strategi
dan Interaksi Belajar Mengajar dalam
Pencapaian Strategi Pembelajaran disusun untuk memenuhi tugas kuliah Stratgi
Pembelajaran. Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Mashudi, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata Strategi Pembelajaran
2.
Teman-teman yang memberikan dorongan, dan juga
masukan kepada penulis.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
sangat penulis harapkan. Akhirnya,
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan
pada umumnya
Jember, 07 September 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang....................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A.
Kriteria
pemilihan strategi pembelajaran................................................. 3
B. Pentingnya
pemilihan strategi pembelajaran........................................... 10
C. Interaksi belajar mengajar....................................................................... 11
BAB
III PENUTUP......................................................................................... 16
A.
Kesimpulan............................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan
pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang
harus dikuasai Guru pada khususnya adalah merencanakan dan mendesain
pembelajaran. Seorang Guru perlu memiliki Kompetensi merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.
Adapun bentuk
kompetensi diantaranya adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi
dalam segala hal, termasuk di dalamnya adalah berkreasi dalam hal menentukan
strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas
belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik
untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana
untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Sebelum kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan, seorang guru harus mengetahui dan memahami dasar
strategi pembelajaran terutama pemilihan strategi pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
kriteria pemilihan strategi pembelajaran?
2.
Apa
pentingnya pemilihan strategi pembelajaran?
3.
Apa
yang dimaksud dengan interaksi belajar mengajar?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini untuk menjelaskan sebagai berikut :
1.
Kriteria
pemilihan strategi pembelajaran
2.
Pentingnya pemilihan
strategi pembelajaran
3.
Interaksi
belajar mengajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi
pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan
jenis materi, karakteristik peserta ddik, serta situasi atau kondisi di mana
proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan
teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama
efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas
guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.[1]
Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus
mengacu pada kriteria sebagai berikut:[2]
a.
Kesesuaian
antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi
b.
Kesesuaian
antara strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan
c.
Kesesuaian
antara strategi pembelajaran dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang
berhubungan dengan latar belakang dan status sosial, karakteristik yang
berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian)
d.
Biaya
e.
Kemampuan
strategi pembelajaran (kelompok atau individu)
f.
Karakteristik
strategi pembelajaran (kelemahan maupun kelebihan)
g.
Waktu
Berkaitan dengan karakteristik pemilihan strategi pembelajaran
sebagai dasar pertimbangan dapat dilihat pada uraian berikut ini :[3]
1.
Tujuan pembelajaran
Penetapan tujuan
pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran mrupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat
terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran
adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh
siswa setelah mereka melakukan pross pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajran
dapat menentukan suatu stratgi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru
Olahraga dan Kesegatan (OrKes) menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat
mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.
Dalam hal ini, metode yang
dapat membantu siswa-siswi mencapai tujuan adalah metode ceramah; guru memberi
instruksi, petunjuk, aba-aba, dan dilaksanakan di lapangan. Kemudian metode
demonstrasi; siswa-siswi mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan
benar. Selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas; siswa-siswi diberi
tugas bagaimana menjadi kiper, kapten, gelandang, dan tugas bagaimana mereka
dapat bekerja ama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, trdapat
kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga kemampuan
afektif, tentang bagaimana mereka bekerjasama dalam bermain bola dari mtode
pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu.
Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain adalah:[4]
a.
Apakah
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik ?
b.
Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
rendah ?
c.
Apakah
untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
2.
Aktivitas dan pengetahuan awal siswa
Belajar merupakan
aktivitas untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivita siswa. Aktivitas tidak hanya dimaksudkan pada aktivitas fisik saja,
ttapi meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental juga.
Sebelum guru masuk ke
kelas untuk memberikan materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang
tidak boleh dilupakan, yaitu mengetahui pengetahuan awal siswa. Hal ini supaya
pada saat guru memberikan materi pengajaran tidak kecewa dengan hasil yang dicapai
siswa. Untuk memperoleh pengetahuan awal siswa. Untuk memperoleh pengetahuan
awal siswa, guru dapat melakukan pre-test tertulis dan tanya jawab di
awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun
strategi dan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Metode yang digunakan
sangat tergantung pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal tersebut dapat
berasal dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Jika siswa tidak memiliki
prinsip, konsep, dan fakta atau pengalaman, kemungkinan besar mereka belum
dapat diterapkan hanya ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan temana,
sumbang saran, praktikum, bermain persan, dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa
telah memahami prinsip,konsep, dan fakta, maka guru dapat menggunakan metode
diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden. Sifat meode ini lebih
banyak analisis dan pemecahan masalah.
3.
Integritas bidang studi/pokok bahasan
Mengajar merupakan usaha
untuk mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan
kemampuan kognitif saja, tetapi meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek
psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan
seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada
sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur
dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program
pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama.
PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam
program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan
dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada
masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam
pokok bahasan.
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominan dalam
pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa
berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di
lapangan.
Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau
materi pembelajaran :[5]
a.
Apakah
materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
b.
Apakah
untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau
tidak ?
c.
Apakah
tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
Dengan demikian, metode yang kita gunakan tidak
terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan
kepada siswa.
4.
Alokasi waktu dan sarana penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran
satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, Perangkat
pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti
video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, contohnya
bidang studi biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum,
bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu
yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan
arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil
praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang
mereka hadapi.
5.
Jumlah siswa
Idealnya strategi yang kita terapkan di dalam kelas
perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama
pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu
pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya
pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung
tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala
kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila
pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi
saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
Adapun beberapa pertimbangan dari sudut siswa adalah
sebagai berikut :[6]
a.
Apakah
strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
b.
Apakah
strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
c.
Apakah
strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa
maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 40/30 orang. Kebanyakan ahli
pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah
lanjutan 24 orang.
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak,
metode ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah
memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam
pengukuran keberhasilan siswa. Di samping metode ceramah guru dapat
melaksanakan Tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode
tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian
terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.
6.
Pengalaman dan kewibawaan pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman,
pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di
lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama
lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan
permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan
demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan
menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang
menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih
metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola
siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar.
Selain berpengalaman, guru juga harus berwibawa.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru, karena guru
harus berhadapan dan mngelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan
sosial. Guru harus merupakan sosok tokoh yang disegani, bukan ditakuti oleh
anak didiknya. Kewibawaan tersebut ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang
mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, karena kewibawaan mudah
luntue oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri masing-masing individu.
Jabatan guru adalah jabatan profesi terhormat, tempat orang bertanya,
berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri teladan, dan sebagainya. Guru
juga harus mampu mengayomi semua lapisan masyarakat.
Selain itu seiiring dengan adanya perubahan
paradigma dalam pembelajaran, maka dalam pemilihan strategi pembelajaran para
guru (pendidik) perlu mempertimbangkan beberapa hal. [7]
Pertama, pengetahuan
ditemukan dan dikembangakan oleh siswa. peran guru adalah menciptakan kondisi
dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran
melalui suatu proses belajar, dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu
apat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
Kedua, siswa membangun
pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa,
bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan
dari guru atau kurikulum secara pasif. Teori sketma menjelaskan bahwa siswa
mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru
untuk mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan yang baru.penyusunan pengalaman
yang terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
Ketiga, pengajar perlu
mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar
harus lebih menekankan pada proses daripada hasil. Setiap orang pasti mempunyai
potensi. Paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi
belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes. Paradigma lama ini
menganggap kemampuan sebagai sesuatu yang sudah mapan dan tidak
dipengaruhi oleh usah dan pendidikan.
Paradigma baru mengembangkan kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi
bahwa usaha pendidikan bisa meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang
dia bisa.
Keempat,
pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara
guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat
terjadi tanpa interaksi antarpribadi. Belajar bukan hanya proses pribadi,
tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan
dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersam.
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, suasana
kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga siswa
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini,
siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk menikmati proses
belajar dan saling mendukung satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan
terbentuk dan memastikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat
pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, di mana hubungan dan kerjasama
antarsiswa terjalin dengan baik, sehingga aktivitas belajar menjadi menarik dan
menyenangkan.
B.
Pentingnya
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap
kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apa pun yang
termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang
tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik
pun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu
menanti perintah guru. Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain
karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[8]
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di
kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan
dan penentuan strategi yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi
jika pemilihan dan penentuan strategi tidak dilakukan dengan pengenalan
terhadap karakteristik dari masing-masing strategi pengajaran. Karena itu, yang
terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap
strategi pengajaran.
C.
Interaksi
Belajar Mengajar
Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi
(kegiatan).[9]
Jadi interaksi adalah kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi
“interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan;
mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah
komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare”
yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.[10]
Sardiman A.M.
mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan
komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan
sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan
pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat
unsur yaitu: komunikan, komunikator, pesan, dan saluran atau media.[11]
Jika dikaitkan dengan
proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi
dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara
siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal
yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar
merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran.
Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan
mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar.
Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi
hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran
berlangsung.[12]
Dalam pendidikan,
interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung dalam
rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan.
Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan
potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat
bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan
tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan
berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai
pembimbing.[13]
Menurut Soetomo, bahwa
interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar)
dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif
(mendidik).[14]
Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang
bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
Dari keterangan di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang dimaksud
di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai
suatu tujuan tertentu.
Dalam interaksi belajar
mengajar terjadi proses pengaruh- mempengaruhi. Bukan hanya guru yang
mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru
akan berbeda, apabila menghapi kelas yang aktif dengan yang pasif, kelas yang
disiplin dengan kelas yang kerang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara
dengan siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber ( yaitu
orang yang bisa memberi informasi ),
antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media pejaran. Kegiatan
mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru
tadak dapat mengajar. Lain halnya dengan kegiatan bengajar, siswa dapat belajar
tanpa kehadiran guru. Para siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri. Sebenarnya dalam kegiatan belajar sendiri ini gurunya tetap ada, akan
tetapi tidak hadir bersama siswa, guru berada pada jarak jauh.[15]
Di rumah, siswa dapat
belajar sendiri, dalam bentuk membaca catatan pelajaran yang di berikan oleh
guru, membaca buku-buku yang diwabkan atau mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru. Walaupun siswa belajar sendiri, tetapi sebenarnya guru tetap
ada, dan mungkin gurunya bukan guru yang mengar di kelas, tetapi menulis buku
yang mereka baca. Dengan demikian proses belajar tetap berjalan, tetepi tidak
secara langsung. Ini juga merupakan contoh dari interaksi antara siswa dan
media cetak.
Interaksi belajar-
mengajar yang dilaksanakan di sekolah adalah sebuah interaksi yang
direncanakan. Secara umum yang menjadi rencana pembelajarannya adalah kurikulum,
sedangkan secara khusus rencana pengajaran ini adalah Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) dan Satuan Pelajaran. Kurikulum sebagai rencana pengajaran
yang bersifat umum, mengandung tujuan-tujuan yang ingin di capai oleh lembaga
pendidikan, sruktur program pengajaran yang memuat mata pelajaran- mata
pelajaran yang diberikan, srategi belajar-mengajar yang umumya digunakan dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut, secara evaluasi pelaksanaan kurikulum. Yang
dapat di evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum
adalah program, proses pelaksanaan program, maupun hasil-hasil yang dicapai,
terutama yang berkenaan dengan perkembangan siswa. Rencana pengajaran yang
lebih khusus, yaitu GBPP dan satuan pelajaran, sebenarnya merupakan penjabaran
atau rincian dari apa yang tercantum dalam kurikulum.
Telah diutarakan di
awal, bahwa interaksi belajar-mengajar secara langsung terjadi di sekolah.
Interaksi ini sebagian besar terjadi di dalam kelas, tetapi juga dapat
berlangsung di laboratorium, di bengkel kerja (keterampilan), di lapangan olah
raga, di pentas kesenian, di kebun atau kolam sekola h ataupun di ruang-ruang
khusus lainnya. Di negara kita interaksi yang dilaksanakan di luar kelas ini
belum begitu terealisasikan, tetapi di negara yang telah maju sebagian besar
interaksi belaja-mengajar dilaksanakan di luar kelas.
Peranan siswa dan guru
dalam berinteraksi belajar-mengajar diatur oleh strategi ataupun metode
belajar-mengajar yang digunakan. Dalam proses belajar-mengajar yang menggunakan
strategi yang bersifat ekspositori, perana lebih aktif dimainkan oleh guru. Uru
yang menyiapkan bahan pelajara guru juga yang menyampaikan seluruh bahan ajaran
tersebut pada siswa. Peranan siswa lebih pasif, menerima bahan yang diterima
oleh guru. Dalam strategi belajar yang demikian interaksi belajar-mengajar
hanya terjadi antara guru dan siswa. Interaksi dengan yang lainnya sangan
kurang.
Dalam proses
belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa (belajar diskaveri/inkuiri, pemecahan
masalah, dan lain-lain), dengan menggunakan proses belajar yang demikian akan
lebih memacu keaktifan siswa dalam berinteraksi. Siswa tidak diberi bahan
pelajaran yang sudah jadi atau pelajaran yang tinggal menghafalkan saja, tetapi
di beri persolan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan,
analisis, sintetis, perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh para siswa
sendiri. Dalam strategi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih
aktif, mereka adalah subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan guru melainkan
dengan sumber-sumber ilmu yang lainnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.
Interaksi
guru dengan siswa bukan hanya penguasaan dalam penguasaan bahan ajaran, tetapi
juga dalam penerimaan nilai-nilai tingkah laku, pengembangan sikap serta dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikin peranan
guru bukan hanya segai pengajar dan pelatih, tetapi juga sebai pendidik dan
pembimbing. Bimbingan serta didikan tidak hanya dapat disampaikan di dalam
kelas saja tetapi dapat dilaksanakan di luar kelas ataupun di liar sekolah.
Perkembangan sikap pada siswa tidak di berikan dalam situasi bejar yang
bersifat ekspositori, tetapi lebih banyak disampaikan dalam situasi yang
bersifat interaktif: simulasi, bermain peran, sosiodrama, klasifikasi nilai dan
sebagainya, yang kaya dengan interaksi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kriteria yang
dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu berorientasi pada
tujuan pembelajaran, pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang
diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja),
gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada
indra peserta didik. Selain kriteria tersebut
pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memerhatikan pertimbangan-pertimbangan
yang berupa pertanyaan.
Melakukan pemilihan dan penentuan strategi pembelajaran
penting untuk mencapai tujuan pengajaran. Kegagalan guru mencapai tujuan
pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan strategi tidak dilakukan
dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing strategi
pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari setiap strategi pengajaran.
Interaksi belajar
mengajar yang dimaksud di sini merupakan hubungan timbal balik antara guru dan
anak didik guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam interaksi belajar
mengajar terjadi proses pengaruh- mempengaruhi. Bukan hanya guru yang
mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Peranan siswa
dan guru dalam berinteraksi belajar-mengajar diatur oleh strategi ataupun
metode belajar-mengajar yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
A,Sardiman
M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Djamarah,Syaiful.
Zain, Bahri Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamruni,
H. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan.
Yogyakarta: Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Hasan,
Chalidjah. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya:
al-Ikhlas.
Ibrahim,
R. Syaodih, Nana.1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Idris,
Zahara. 1987. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.
Sanjaya
,Wina. 2013.Strategi Pembelajaran: Orientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana.
Soetomo.
1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional
Sudjana,
Nana.1996. Cara Belajar Siswa Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Uno,
Hamzah B. 2012. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
[1] Hamzah B. Uno, Model
Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 7
[2] Abdul Majid, Stratgi
Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2016), 107
[3] Ibid., 108
[4] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran: Orientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2013), 130
[5] Ibid., 131
[6] Ibid., 130
[7] H. Hamruni, Strategi dan
Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga, 2009), 26-27
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 87-88
[9] Zahara Idris, Dasar-dasar
Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987), 43.
[10] Sardiman A.M, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 7-8.
[11] Ibid., 7
[12] Nana Sudjana, Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1996), cet. III, 8.
[13] Chalidjah Hasan,
Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al-Ikhlas, 1994), cet.1,
66.
[14] Soetomo, Dasar-dasar
Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), cet. 1, 9-10.
[15] R. Ibrahim, Nana Syaodih,
Perencanaan Pengajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), 31-34
Komentar
Posting Komentar